Jumat, 11 November 2011


2.3 Uraian Kegiatan


PT. CENTRAL PERTIWI BAHARI ialah, Usaha Perikanan dibidang “HATCERING” pada benur udang fanami, adapun uraian kegiatan  yang dilakukan pada saat prakerin di PT. Central Pertiwi Bahari adalah sebagai berikut:

v  WATER
Lazimnya pada suatu usaha budidayaperikanan, keberhasilan usaha pembenihan udang sangat ditentukan oleh kondisi alam/lingkungan dan faktor pendukung lainnya. Faktor alam  tersebut antara lain: tersedianya lingkungan perairan yang mampu berfungsi sebagai sumber air yang memadai, baik dalam kualitas maupun kuantitas. Artinya, ketersediaan airnya terjamin meski pada saat air laut mengalami surut sekalipun dan bebas dari mikroorganisme yang berbahaya sehingga mampu mendukung kelangsungan hidup larva.
Adapun persyaratan kualitas air yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pembenihan udang di PT. CPB Rembang dijelaskan pada Tabel 1 di bawah ini:

Tabel 1. Persyaratan kualitas air untuk pembenihan udang Vannamei.
Parameter
Nilai
Suhu
28 – 330C
Salinitas
30 – 33 ppt
Ph
7.5 – 8.5
Oksigen terlarut
Min. 4 mg/l
NH3-N
Maks. 0,5 mg/l
NO2-N
Maks. 0,8 mg/l
H2S
Maks. 0,05 mg/l
Alkalinitas
Min. 100 mg/l CaCO3
Besi (Fe) total
Maks. 0,2 mg/l



v  LABOLATORIUM QUALITI CONTROL


§  Kultur Zooplankton

Di CPB Rembang, jenis zooplankton yang dibudidayakan sebagai pakan benih (naupli) adalah artemia. Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari filum arthropoda. Artemia bersifat euryhaline atau memiliki toleransi terhadap kisaran salinitas/kadar garam yang luas. Sifat ini yang membuat artemia mudah untuk dikultur/dibudidayakan sebagai pakan udang. Keunggulan artemia sendiri sebagai pakan alami antara lain: memiliki warna yang cerah sehingga menarik perhatian pemangsa, kandungan gizi yang tinggi dan mudah dicerna.
Pada dasarnya budidaya artemia terbagi menjadi tiga tahapan, yakni dehidrasi, desinfeksi dan penetasan. Adapun uraian kegiatan budidaya artemia dapat dijabarkan sebagai berikut:



§  Persiapan alat dan bahan

Peralatan yang digunakan untuk kultur Artemia antara lain:
1)  Bak kultur volume 1.500 liter.
2)  Tangki fiber kerucut dengan dasar transparan (cone) bervolume 500 liter.
3)  Ember plastik 20galon (volume 50 liter).
4)  Seser artemia dengan mesh size 200 µ.
5)  Cyste artemia.
Semua peralatan dan bak yang akan digunakan untuk kultur artemia dicuci dengan menggunakan larutan detergen, setelah itu dikeringkan. Untuk bak kultur harus dikeringkan selama sedikitnya 24 jam sebelum dipergunakan. Sedangkan untuk seser, setelah dicuci bersih dengan menggunakan air tawar, direndam dalam larutan formalin 1000 ppm selama 30 menit.Setelah itu dibilas lagi dengan menggunakan air tawar kemudian dikeringkan.

v  PAKAN ALAMI

1.    Kultur Fitoplankton
   Di CPB Rembang, jenis fitoplankton yang dibudidayakan antara lain: thallasiosera dan skeletonema. Keduanya merupakan alga kersik (chrysophyta). Metode yang digunakan untuk mengkultur kedua jenis alga tersebut adalah pengenceran. Pada metode ini,air laut yang mengandung berbagai jenis alga diencerkan berkali-kali sehingga didapatkan spesies tunggal yang diinginkan. Adapun penjabaran dari metode kultur plankton yang digunakan di CPB Rembang dapat dilihat pada SOP kultur plankton di Laboratorium Life Food Production & Experiment – R&D.
Di Fry Production Unit – unit yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan benih dari segi pemberian pakan, kegiatan pengelolaan dan penyediaan thallasiosera dan skeletonema dilakukan mulai dari skala: kultur agar à test tube à kultur murni 100 ml à 500 ml à 1 lt à 15 lt à fiber à massal. Uraian kegiatan tersebut adalah sebagai berikut :



§  Persiapan alat dan bahan


1.    Siapkan peralatan yang akan digunakan untuk kultur fitoplankton antara lain:
Tabel 2. Alat-alat untuk mengkultur fitoplankton


No
Jenis alat
No
Jenis Alat
No
Jenis Bahan
1
Cawan petri
10
Selang benang
1
Kapas
2
Hot plate
11
Beaker glass
2
Agar
3
Autoclave
12
Paralon U2
3
Pupuk Guilaad
4
Tabung erlenmeyer 1liter
13
Galon
4
Bibit plankton
5
Test tube
14
Fiber tank transparan


6
Tabung erlenmeyer 100ml
15
filter


7
Botol kultur 500ml
16
Seser plankton


8
Botol kultur 1liter
17
Pitcher plastik


9
Selang spiral








2.    Kultur Zooplankton

Di CPB Rembang, jenis zooplankton yang dibudidayakan sebagai pakan benih (naupli) adalah artemia. Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari filum arthropoda. Artemia bersifat euryhaline atau memiliki toleransi terhadap kisaran salinitas/kadar garam yang luas. Sifat ini yang membuat artemia mudah untuk dikultur/dibudidayakan sebagai pakan udang. Keunggulan artemia sendiri sebagai pakan alami antara lain: memiliki warna yang cerah sehingga menarik perhatian pemangsa, kandungan gizi yang tinggi dan mudah dicerna.
Pada dasarnya budidaya artemia terbagi menjadi tiga tahapan, yakni dehidrasi, desinfeksi dan penetasan. Adapun uraian kegiatan budidaya artemia dapat dijabarkan sebagai berikut:

§  Persiapan alat dan bahan

Peralatan yang digunakan untuk kultur Artemia antara lain:
6)  Bak kultur volume 1.500 liter.
7)  Tangki fiber kerucut dengan dasar transparan (cone) bervolume 500 liter.
8)  Ember plastik 20galon (volume 50 liter).
9)  Seser artemia dengan mesh size 200 µ.
10)         Cyste artemia.
Semua peralatan dan bak yang akan digunakan untuk kultur artemia dicuci dengan menggunakan larutan detergen, setelah itu dikeringkan. Untuk bak kultur harus dikeringkan selama sedikitnya 24 jam sebelum dipergunakan. Sedangkan untuk seser, setelah dicuci bersih dengan menggunakan air tawar, direndam dalam larutan formalin 1000 ppm selama 30 menit.Setelah itu dibilas lagi dengan menggunakan air tawar kemudian dikeringkan.






v  PACKING

Packing adalah kegiatan pengepakan ikan yang di beri gas  supaya ikan dapat bertahan lama. Proses  packing dibagi menjadi 2 yaitu :

1.        Packing Eksport adalah pengepakan yang di kirim untuk ke luar negeri atau ke    eksportir, kuat gas yang bertahan ± 24 -.36 jam.
 Langkah – langkah packing Eksport adalah :
Ø  Pemberokan atau ikan di puasakan selama 2 hari untuk mengurangi metabolisme didalam tubuh.
Ø  Persiapan air packing seperti: oksidasi air dengan aerasi selama 2 hari.
Ø  Pemberian antibiotik  pada air 1 gram / 1000 liter air tetra (serbuk kuning).
Ø  Pengepakan ikan di sesuaikan dengan jenis dan kepadatan ikan.
Ø  Memasukkan ke sterofoum box ikan siap di eksport.

2.Packing Ritail adalah pengepakan yang di kirim masih dalam satu kota atau pedagang eceran, kuat gas yang bertahan 3 – 5 jam.
Langkah – langkah packing Ritail adalah :
Ø  Ikan langsung di packing sesuai jenis dan kepadatannya dengan takaran ¾ oksigen dan  ¼ air.
Ø  Ikan siap dijual.
Catatan:
Pada saat oksidasi air untuk keperluan eksport dilakukan pencahayaan dengan filter air uv dan otonisasi dengan tujuan agar supaya oksigen terlarut. Konsentrasi lebih tinggi dan kondisi air bebas hama dan parasit.




2.4  Kendala dan Solusi Prakerin

     Dalam suatu kegiatan baik yang ada di dalam (intern) maupun yang ada di luar (ekstern) maka takkan lepas dari segala faktor. Baik penghambat maupun pendukungnya, karena bagaimanapun juga kedual hal itu akan selalu kita temui dan hadapi. Adapun kendala yang saya alami dalam kegiatan tersebut adalah.:
Ø  Kendala
·      Jalan di sepanjang kolam sangat licin..
·      Agak takut berjalan di kolam, karna tinggi kolam mencapai 2 m. dan saya takut ketinggian.
·      Kurangnya fasilitas alat yang tersedia, khususnya pada kolam noupli dan benur.
Ø  Solusi

·      Seharusnya terdapat fasilitas alat untuk  kegiatan seperti: sarung tangan dan sepatu boat.
·      Seharusnya setiap suatu kegiatan harus dimulai dengan breeping (pengarahan) terlebih dahulu. Namun, pegawai disana akan beri tahu kita saat kerja, dan itu membuat saya agar lebih berani bertanya dan lebih perfikiran krisis lagi.
·      Fasilitas haruslah tersedia untuk menunjang kegiatan tersebut. Namun, saya juga menyadari bahwa Industri yang saya tempati  untuk Prakerin ini, dalam proses peralihan kembali.












BAB III
PENUTUP

1.1  KESIMPULAN

Pembelajaran di dunia kerja adalah suatu proses dimana kita dilatih untuk  bekerja, mengetahui lebih dalam tentang industri khususnya industri pada program keahlian yang kita geluti yang tidak bisa peserta ketahui disekolah. Peserta lebih banyak belajar melalui bekerja langsung (learning by doing) pada pekerjaan sesungguhnya.Peserta lebih mendapatkan ilmu praktek (secara langsung) dibandingkan dengan teori (tiak secara langsung).Karna banyak ilmuan mengatakan bahwa pembelajaran teori hanya mencangkup 30% sedangkan praktek mencangkup 70%.Dengan adanya PRAKERIN penulis dapat merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung dilingkungan dunia kerjan yang langsung dibimbing oleh fihak Usaha Budidaya/ industri tersebut.Dan bahkan kami dapat mengukur sejauhmana penguasaan ilmu praktek Budidaya, ternyata belum ada apa-apanya dibandingkan dengan para pegawai dan pembimbing PT.CENTRAL PERTIWI BAHARI.
      
Puji syukur kepada Tuhan yang maha Esa, bahwa saya telah menyelesaikan Praktek Kerja Industri, yang dituangkan kedalam Laporan Prakerin ini.Selanjutnya kami siap untuk diuji melalui sidang/presentasi didepan kelas.


3.2 SARAN

·         Fasilitas K3 (Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan) seharusnya tersedia di dalam laboratorium kolam tersebut,
·         Seharusnya jika ingin memulai suatu kegiatan, diberikan pengarahan (breefing) terlebih dahulu. Walaupun, pembimbing akan memberikan Materi.
·         Seharusnya ada fasilitas peralatan yang memadai untuk melakukan suatu kegiatan (Panen) seperti: sarung tangan, sepatu boat, dll. Agar tidak akan ada yang terluka saat melakukan kegiatan tersebut dan agar kegiatan tersebut tidak terhambat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar