Sabtu, 15 Oktober 2011

Ummu Kultsum binti Abu Bakar, Putri Khalifah yang Dipinang Khalifah

Ia merupakan salah seorang wanita utama pada zamannya. Pernah dipinang oleh Umar bin Khathab, namun tidak jadi dinikahinya.

Awalnya, dikarenakan ada seorang lelaki Quraisy yang berkata pada Umar bin Khathab, "Maukah kau menikahi Ummu Kultsum binti Abu Bakar. Kau bisa menjaga kemuliaannya setelah Abu Bakar meninggal dan menggantikannya dalam keluarganya?"

Umar menjawab, "Boleh, aku suka itu. Pergilah kau pada Aisyah dan sebutkan apa yang kumaksud (meminang Ummi Kultsum). Lalu kembalilah padaku dengan jawabannya!"

Kemudian datanglah seorang utusan pada Aisyah dengan membawa pesan Umar. Aisyah menjawab apa yang ditanyakan Umar, dan berkata, "Sungguh suatu kemuliaan."

Tak lama berselang, Mu'irah bin Sya’bah datang dan melihat Aisyah gelisah. "Ada apa denganmu, wahai Ummul Mukminin?" tanyanya.

Aisyah menceritakan apa yang terjadi barusan tentang seorang utusan Umar yang hendak meminang Ummu Kultsum. "Dia (Ummu Kultsum) baru saja menjalani hidupnya. Dan aku ingin bersikap lemah lembut pada anak ini. Aku khawatir dengan sikap Umar yang keras terhadapnya."

"Aku akan menyampaikannya pada Umar, sebagai utusanmu," kata Mu’irah. 



Dia pun berangkat ke tempat Umar, lalu berkata, "Semoga anda hidup damai dan diberkahi dengan banyak anak. Aku baru saja berkunjung dari Aisyah dan aku mendengar anda meminang Ummi Kultsum."

"Ya, benar demikian adanya," jawab Umar.

"Bukankah kau orang yang keras dalam bersikap terhadap keluargamu, wahai Amirul Mukminin," kata Mu'irah. "Dan orang yang hendak anda pinang ini masihlah anak yang berumur kecil. Dia masih belum tahu apa-apa. Bila suatu saat kau bersikap kasar padanya, tentu dia akan berteriak menangis. Dan hal itu tentu akan membuatmu khawatir. Aisyah juga akan merasa sakit perasaannya. Mereka akan teringat Abu Bakar, lalu mereka menangis. Sehingga musibah akan terus berlangsung pada keluarga mereka, yang masanya saling berdekatan di setiap harinya.

"Kapan kau datang dari Aisyah dan katakanlah jujur padaku!" 

"Baru saja."

"Aku tahu mereka tidak suka padaku. Mereka menginginkan agar aku mencabut apa yang telah aku minta tadi. Dan Sungguh aku memaafkan mereka," kata Umar.

Mu’irah kembali kepada Aisyah dan mengatakan kabar yang barusan diperolehnya dari Umar. Dan Umar tetap berpegang pada pendapatnya. Dia tidak jadi meminang Ummu Kultsum.

Beberapa orang meriwayatkan hadits dari Ummu Kultsum binti Abu Bakar, seperti saudara perempuannya, Aisyah Ummul Mukminin; anaknya, Ibrahim bin Abdurrahman bin Abu Rabi’ah bin Abdullah Al-Anshari; Talhah bin Yahya bin Talhah, dan Mughirah bin Hakim As-Shaghani. Dan beberapa imam juga meriwayatkan haditsnya, di antara mereka Muslim dan Tirmizi.
(www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah)

Khalifah Umar dengan Wanita Pemasak Batu

Suatu masa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.

Putus asa mendera di mana-mana. Saat itu Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikannya saksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari ia menginstruksikan aparatnya menyembelih onta-onta potong dan menyebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong rakyat datang untuk makan. Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini.”

Umar menabukan makan daging, minyak samin, dan susu untuk perutnya sendiri. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu, hanya menyantap sedikit roti dengan minyak zaitun. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar.”

Hampir setiap malam Umar bin Khattab melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehidupan rakyatnya. Umar khawatir jika ada hak-hak mereka yang belum ditunaikan oleh aparat pemerintahannya.

Malam itu pun, bersama Aslam, Khalifah Umar berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar bin khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu, siapa tahu penghuninya membutuhkan pertolongan mendesak.

Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asap mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.

“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.

Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.

“Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?” tanya Umar.

Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, “Anakku….”

“Apakah ia sakit?”

“Tidak,” jawab si ibu lagi. “Ia kelaparan.”

Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.

Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, “Apa yang sedang kau masak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?”

Ibu itu menoleh dan menjawab, “Hmmm, kau lihatlah sendiri!”

Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih terbelalak tak percaya, Umar berteriak, “Apakah kau memasak batu?”

Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Buat apa?”

Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar, “Aku memasak batu-btu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan.”

Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia melanjutkan, “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”

Mendengar penuturan si Ibu seperti itu, Aslam akan menegur perempuan itu. Namun Umar sempat mencegah. Dengan air mata berlinang ia bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara itu.

Karena Umar bin Khattab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku saya yang memikul karung itu….”

Dengan wajah merah padam, Umar menjawab sebat, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kau kira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”

Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika tersuruk-suruk Khalifah Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum itu. Angin berhembus. Membelai tanah Arab yang dilanda paceklik.

 
(hirumanthesage.blogspot.com)

Kisah Siti Aisyah




Siti Aisyah memiliki gelar ash-Shiddiqah, sering dipanggil dengan Ummu Mukminin, dan nama keluarganya adalah Ummu Abdullah. Kadang-kadang ia juga dijuluki Humaira’. Namun Rasulullah sering memanggilnya Binti ash-Shiddiq. Ayah Aisyah bernama Abdullah, dijuluki dengan Abu Bakar. Ia terkenal dengan gelar ash-Shiddiq. Ibunya bernama Ummu Ruman. Ia berasal dari suku Quraisy kabilah Taimi di pihak ayahnya dan dari kabilah Kinanah di pihak ibu.

Sementara itu, garis keturunan Siti Aisyah dari pihak ayahnya adalah Aisyah binti Abi Bakar ash-Shiddiq bin Abi Quhafah Utsman bin Amir bin Umar bin Ka’ab bin Sa’ad bin Taim bin Murrah bin Ka’ab bin Lu’ay bin Fahr bin Malik. Sedangkan dari pihak ibu adalah Aisyah binti Ummu Ruman binti Amir bin Uwaimir bin Abd Syams bin Itab bin Adzinah bin Sabi’ bin Wahban bin Harits bin Ghanam bin Malik bin Kinanah.
Siti Aisyah lahir pada bulan Syawal tahun ke-9 sebelum hijrah, bertepatan dengan bulan Juli tahun 614 Masehi, yaitu akhir tahun ke-5 kenabian. Kala itu, tidak ada satu keluarga muslim pun yang menyamai keluarga Abu Bakar ash-Shiddiq dalam hal jihad dan pengorbanannya demi penyebaran agama Islam. Rumah Abu Bakar saat itu menjadi tempat yang penuh berkah, tempat makna tertinggi kemuliaan, kebahagiaan, kehormatan, dan kesucian, dimana cahaya mentari Islam pertama terpancar dengan terang.
Dari perkembangan fisik, Siti Aisyah termasuk perempuan yang sangat cepat tumbuh dan berkembang. Ketika menginjak usia sembilan atau sepuluh tahun, ia menjadi gemuk dan penampilannya kelihatan bagus, padahal saat masih kecil, ia sangat kurus. Dan ketika dewasa, tubuhnya semakin besar dan penuh berisi. Aisyah adalah wanita berkulit putih dan berparas elok dan cantik. Oleh karena itu, ia dikenal dengan julukan Humaira’ (yang pipinya kemerah-merahan). Ia juga perempuan yang manis, tubuhnya langsing, matanya besar, rambutnya keriting, dan wajahnya cerah.
Tanda-tanda ketinggian derajat dan kebahagiaan telah tampak sejak Siti Aisyah masih kecil pada perilaku dan grak-geriknya. Namun, seorang anak kecil tetaplah anak kecil, dia tetap suka bermain-main. Walau masih kecil, Aisyah tidak lupa tetap menjaga etika dan adab sopan santun ajaran Rasulullah di setiap kesempatan.
Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah merupakan perintah langsung dari Allah, setelah wafatnya Siti Khadijah. Setelah dua tahun wafatnya Khadijah, turunlah wahyu kepada kepada Rasulullah untuk menikahi Aisyah, kemudian Rasulullah segera mendatangi Abu Bakar dan istrinya, mendengar kabar itu, mereka sangat senang, terlebih lagi ketika Rasulullah setuju menikahi putri mereka. Maka dengan segera disuruhlah Aisyah menemui beliau.
Pernikahan Rasulullah dengan Siti Aisyah terjadi di Mekkah sebelum hjirah pada bulan Syawal tahun ke-10 kenabian. Ketika dinikahi Rasulullah, Siti Aisyah masih sangat belia. Di antara istri-istri yang beliau nikahi, hanyalah Aisyah yang masih dalam keadaan perawan. Aisyah menikah pada usia 6 tahun. Tujuan inti dari pernikahan dini ini adalah untuk memperkuat hubungan dan mempererat ikatan kekhalifahan dan kenabian. Pada waktu itu, cuaca panas yang biasa dialami bangsa Arab di negerinya menyebabkan pertumbuhan dan perkembangan fisik anak perempuan menjadi pesat di satu sisi. Di sisi lain, pada sosok pribadi yang menonjol, berbakat khusus, dan berpotensi luar biasa dalam mengembangkan kemampuan otak dan pikiran, pada tubuh mereka terdapat persiapan sempurna untuk tumbuh dan berkembang secara dini.
Pada waktu itu, karena Siti Aisyah masih gadis kecil, maka yang dilangsungkan baru akad nikah, sedangkan perkawinan akan dilangsungkan dua tahun kemudian. Selama itu pula beliau belum berkumpul dengan Aisyah. Bahkan beliau membiarkan Aisyah bermain-main dengan teman-temannya. Kemudian, ketika Aisyah berusaha 9 tahun, Rasulullah menyempurnakan pernikahannya dengan Aisyah. Dalam pernikahan itu, Rasulullah memberikan maskawin 500 dirham. Setelah pernikahan itu, Aisyah mulai memasuki rumah tangga Rasulullah.
Pernikahan seorang tokoh perempuan dunia tersebut dilangsungkan secara sederhana dan jauh dari hura-hura. Hal ini mengandung teladan yang baik dan contoh yang bagus bagi seluruh muslimah. Di dalamnya terkandung hikmah dan nasehat bagi mereka yang menganggap penikahan sebagai problem dewasa ini, yang hanya menjadi simbol kemubaziran dan hura-hura untuk menuruti hawa nafsu dan kehendak yang berlebihan.
Dalam hidupnya yang penuh jihad, Siti Aisyah wafat dikarenakan sakit pada usia 66 tahun, bertepatan dengan bulan Ramadhan, tahun ke-58 Hijriah. Ia dimakamkan di Baqi’. Aisyah dimakamkan pada malam itu juga (malam Selasa tanggal 17 Ramadhan) setelah shalat witir. Ketika itu, Abu Hurairah datang lalu menshalati jenazah Aisyah, lalu orang-orang pun berkumpul, para penduduk yang tinggal di kawasan-kawasan atas pun turun dan datang melayat. Tidak ada seorang pun yang ketika itu meninggal dunia dilayat oleh sebegitu banyak orang melebihi pelayat kematian Aisyah.
(alkisah.web.id)

Nenek Pemungut Daun Kering


Maulid Nabi Muhammad SAW masih terus diperingati di sejumlah masjid dan mushola di daerah Condet Jakarta Timur. Semalam giliran mushola al-Barkah mengadakannya. Mushola pun dipenuhi jamaah, bapak-bapak dan anak-anak. Tak terlihat para perempuan di acara tersebut.
Jamaah hanyut dalam pembacaan shalawat yang diiringi harmoni musik hadrah. Hentakan dan dentuman bassnya menggetarkan hati siapapun yang mendengarnya. Sentuhan shalawat yang dibawakan dengan kehidmatan yang luar biasa menyihir jamaah yang hadir.
Jamaah semakin larut dalam penghayatan yang dalam ketika masuk pada acara selanjutnya, siraman rohani. Seorang penceramah tampil dan mengangkat sebuah cerita haru tentang nenek pemungut daun kering.
Cerita dimulai dengan adanya seorang nenek yang selalu datang dari arah pasar ke masjid ketika adzan dzuhur berkumandang. Peristiwa ini terjadi di salah satu kabupaten di pulau Madura. Penceramah mengatakan bahwa cerita yang disampaikannya merupakan cerita nyata.
Sang penceramah melanjutkan ceritanya. Ketika azhan dzuhur berkumumandang, seorang nenek terlihat datang ke masjid. Ia langsung menuju tempat wudhu dan mengikiuti shalat dzuhur berjamaah. Ketika usai shalat. Ia pun tetap duduk mengikuti dzikir sampai selesai seperti jamaah yang lainnya.
Sepintas tidak ada yang berbeda dengan jamaah yang lain. Yang membedannya, setelah selesai wirid dan do’a, jamaah yang lain langsung meninggalkan masjid. Sementara nenek yang itu tidak. Ia keluar masjid menuju halaman muka masjid, biasanya halaman masjid kabupaten berhalaman luas. Sang nenek mengeluarkan plastik kresek dari lilitan stagennya.
Si nenek itu memunguti daun-daun kering yang berserakan di sekitar halaman masjid. Ia pungut daun itu satu persatu dan dimasukkan ke kantung plastik yang sudah disiapkannya. Sampai halaman itu bersih, tak ada daun yang tersisa. Setelah itu kembali ke pasar.
Hari demi hari sang nenek melakukannya. Awalnya tidak ada yang memperhatikan. Sampai kemudian ada seorang jamaah yang memperhatikannya. Jamaah itu menengurnya ketika melihat peluh mengucur di wajah dan badan si nenek. “Nek, sudah, biarkan saja nanti ada petugas masjid yang membersihkan”.
Hari berikutnya, nenek tetap saja memunguti daun-daun kering yang ada dihalaman masjid itu. Jamaah lainnya turut memberitahu si nenek tersebut. Tetapi nenek itu tetap saja melakukannya, tidak mengindahkan saran jamaah masjid itu.


Akhirnya cerita si nenek itu sampai juga ke pengurus masjid. Pengurus masjid berusaha memberitahu si nenek itu sebagaimana jamaah masjid. Tetapi si nenek tetap saja melakukan aktifitasnya memungut daun kering di tengah terik matahari yang menyengat.
Pengurus masjid tidak hilang akal. Mereka menceritakan prilaku si nenek itu pada Kyai kharismatik yang disegani masyarakat di wilayah itu. Pada satu kesempatan, Kyai itu mengudang si nenek untuk ngobrol. Si nenek itu sagat hormat pada Kyai itu. Ia ternyata mengenalnya.
Kyai didampiningi sejumlah pengurus masjid memulai pembicraannya “ Nek, jika nenek tidak keberatan dan ridlo saya ingin tahu mengapa nenek memunguti daun-daun kering di halaman masjid setiap selesai shalat dzuhur?” Kyai itu bertanya dengan hati-hati. Si nenek diam, akhirnya nenek buka suara. “Pak Kyai, saya bersedia bercerita mengapa saya melakukan itu dengan dua syarat” pak Kyai menjawab “baik nek, apa saja syaratnya?”. Si nenek melanjutkan “pertama, saya hanya ingin bicara dengan Kyai seorang. Kedua, cerita ini tidak boleh diceritakan pada orang lain kecuali setelah saya meninggal, itu terserah pak Kyai”. Pak Kyai menyanggupi syarat yang disampaikan si nenek.
Si nenek pun mulai cerita mengapa selama ini ia memunguti daun kering di halaman masjid. “Pak Kyai, saya ini orang yang tidak mempunyai amal yang bisa dibanggakan untuk menghadap sang Kholik”. Si nenek melanjutkan “saya ini orang bodoh yang tidak bisa beramal dengan ilmu, terkadang saya iri melihat orang-orang pintar dengan sederet gelar dan mereka dapat beramal dengan ilmu yang dimilikinya. Saya juga bukan orang yang kaya raya yang dapat beramal dengan hartanya, menyantuni anak yatim, pakir miskin dan menyumbang pembangunan masjid. Saya juga bukan orang yang ahli ibadah yang beribah dengan khusu’ dan bangun malam untuk shalat tahajud. Saya malu pak Kyai, saya tidak punya amal yang bisa dibanggakan.
Di tengah keputusasaan, saya mendengar seorang Kyai ceramah yang mengatakan bahwa seorang yang menyebut dan mencintai nabi dengan ikhlas ia akan diingat juga oleh nabi dan akan mendapat syafaatnya. Sejak mendengar itu saya berusaha mengingat nabi dengan membaca shalawat.” Kyai kharismatik itu bertanya “lalu apa hubungannya dengan nenek memunguti daun kering di halaman masjid?”. Nenek menjawab “setiap daun yang saya pungut, saya membaca shalawat. Semoga daun-daun itu menjadi saksi di akhirat nanti”. Mendengar jawaban si nenek, Kyai kharismatik itu hanya bisa terdiam tak kuasa berkata apa-apa. Air matanya pun meleleh, haru. Ternyata nenek itu mempunyai kecintaan yang sangat besar pada Nabi Muhammad SAW.
Penceramah pada malam itu masih mengulas tentang cinta kepada nabi Muhammad sampai selesai. Jamaah yang hadir mengikuti sampai akhir dengan menimba hikmah kecintaan kepada Nabi Muhammad SAW.
Akhirnya, acara maulid di tutup dengan untaian doa. Jamaah pun disuguhi santap malam bersama dengan nasi kebuli yang disajikan dalam nampan. Setiap nampan untuk tiga orang dan makan secara bersama-sama. Terasa indah dalam kebersamaan.
Cerita nenek pemungut daun kering itu terasa memempel pada setiap jamaah yang hadir. Menjadi teladan bagi siapa pun yang mencinta Nabi Muhammad SAW dengan tulus. Menjadi cermin seberapa besar cinta kita kepada rasul Allah itu. 
(sosbud.kompasiana.com)

Umar bin Khattab masuk Islam



Umar bin Khattab masuk Islam
Sebelum masuk Islam, Umar bin Khattab dikenal sebagai seorang yang keras permusuhannya dengan kaum Muslimin, bertaklid kepada ajaran nenek moyangnya, dan melakukan perbuatan-perbuatan jelek yang umumnya dilakukan kaum jahiliyah, namun tetap bisa menjaga harga diri. Beliau masuk Islam pada bulan Dzulhijah tahun ke-6 kenabian, tiga hari setelah Hamzah bin Abdul Muthalib masuk Islam.
Ringkas cerita, pada suatu malam beliau datang ke Masjidil Haram secara sembunyi-sembunyi untuk mendengarkan bacaan shalat Nabi. Waktu itu Nabi membaca surat al-Haqqah. Umar bin Khattab kagum dengan susunan kalimatnya lantas berkata pada dirinya sendiri- "Demi Allah, ini adalah syair sebagaimana yang dikatakan kaum Quraisy." Kemudian beliau mendengar Rasulullah membaca ayat 40-41 (yang menyatakan bahwa Al Qur'an bukan syair), lantas beliau berkata, "Kalau begitu berarti dia itu dukun." Kemudian beliau mendengar bacaan Nabi ayat 42, (Yang menyatakan bahwa Al-Qur'an bukan perkataan dukun.) akhirnya beliau berkata, "Telah terbetik lslam di dalam hatiku." Akan tetapi karena kuatnya adat jahiliyah, fanatik buta, pengagungan terhadap agama nenek moyang, maka beliau tetap memusuhi Islam.
Kemudian pada suatu hari, beliau keluar dengan menghunus pedangnya bermaksud membunuh Nabi. Dalam perjalanan, beliau bertemu dengan Nu`aim bin Abdullah al 'Adawi, seorang laki-laki dari Bani Zuhrah. Lekaki itu berkata kepada Umar bin Khattab, "Mau kemana wahai Umar?" Umar bin Khattab menjawab, "Aku ingin membunuh Muhammad." Lelaki tadi berkata, "Bagaimana kamu akan aman dari Bani Hasyim dan Bani Zuhrah, kalau kamu membunuh Muhammad?" Maka Umar menjawab, "Tidaklah aku melihatmu melainkan kamu telah meninggalkan agama nenek moyangmu." Tetapi lelaki tadi menimpali, "Maukah aku tunjukkan yang lebih mencengangkanmu, hai Umar? Sesuugguhnya adik perampuanmu dan iparmu telah meninggalkan agama yang kamu yakini."
Kemudian dia bergegas mendatangi adiknya yang sedang belajar Al Qur'an, surat Thaha kepada Khabab bin al Arat. Tatkala mendengar Umar bin Khattab datang, maka Khabab bersembunyi. Umar bin Khattab masuk rumahnya dan menanyakan suara yang didengarnya. Kemudian adik perempuan Umar bin Khattab dan suaminya berkata, "Kami tidak sedang membicarakan apa-apa." Umar bin Khattab menimpali, "Sepertinya kalian telah keluar dari agama nenek moyang kalian." Iparnya menjawab, "wahai Umar, apa pendapatmu jika kebenaran itu bukan berada pada agamamu?"  Mendengar ungkapan tersebut Umar bin Khattab memukulnya hingga terluka dan berdarah, karena tetap saja saudaranya itu mempertahankan agama Islam yang dianutnya, Umar bin Khattab berputus asa dan menyesal melihat darah mengalir pada iparnya.
Umar bin Khattab berkata, 'Berikan kitab yang ada pada kalian kepadaku, aku ingin membacanya.' Maka adik perempuannya berkata," Kamu itu kotor. Tidak boleh menyentuh kitab itu kecuali orang yang bersuci. Mandilah terlebih dahulu!" lantas Umar bin Khattab mandi dan mengambil kitab yang ada pada adik perempuannya. Ketika dia membaca surat Thaha, dia memuji dan muliakan isinya, kemudian minta ditunjukkan keberadaan Rasulullah.
Tatkala Khabab mendengar perkataan Umar bin Khattab, dia muncul dari persembunyiannya dan berkata, "Aku akan beri kabar gembira kepadamu, wahai Umar! Aku berharap engkau adalah orang yang didoakan Rasulullah pada malam Kamis, 'Ya Allah, muliakan Islam.dengan Umar bin Khatthab atau Abu Jahl (Amru) bin Hisyam.' Waktu itu, Rasulullah berada di sebuah rumah di daerah Shafa." Umar bin Khattab mengambil pedangnya dan menuju rumah tersebut, kemudian mengetuk pintunya. Ketika ada salah seorang melihat Umar bin Khattab datang dengan pedang terhunus dari celah pintu rumahnya, dikabarkannya kepada Rasulullah. Lantas mereka berkumpul. Hamzah bin Abdul Muthalib bertanya, "Ada apa kalian?" Mereka menjawab, 'Umar (datang)!" Hamzah bin Abdul Muthalib berkata, "Bukalah pintunya. Kalau dia menginginkan kebaikan, maka kita akan menerimanya, tetapi kalau menginginkan kejelekan, maka kita akan membunuhnya dengan pedangnya." Kemudian Nabi menemui Umar bin Khattab dan berkata kepadanya. "... Ya Allah, ini adalah Umar bin Khattab. Ya Allah, muliakan Islam dengan Umar bin Khattab." Dan dalam riwayat lain: "Ya Allah, kuatkanlah Islam dengan Umar."
Seketika itu pula Umar bin Khattab bersyahadat, dan orang-orang yang berada di rumah tersebut bertakbir dengan keras. Menurut pengakuannya dia adalah orang yang ke-40 masuk Islam. Abdullah bin Mas'ud berkomentar, "Kami senantiasa berada dalam kejayaan semenjak Umar bin Khattab masuk Islam."
 (majlisdzikrullahpekojan.org)

Kepemimpinan Umar bin Khattab

Kepemimpinan Umar bin Khattab
Keislaman beliau telah memberikan andil besar bagi perkembangan dan kejayaan Islam. Beliau adalah pemimpin yang adil, bijaksana, tegas, disegani, dan selalu memperhatikan urusan kaum muslimin. Pemimpin yang menegakkan ketauhidan dan keimanan, merobohkan kesyirikan dan kekufuran, menghidupkan sunnah dan mematikan bid'ah. Beliau adalah orang yang paling baik dan paling berilmu tentang al-Kitab dan as-Sunnah setelah Abu Bakar As Siddiq.
Kepemimpinan Umar bin Khattab tak seorangpun yang dapat meragukannya. Seorang tokoh besar setelah Rasulullah SAW dan Abu Bakar As Siddiq. Pada masa kepemimpinannya kekuasaan islam bertambah luas. Beliau berhasil menaklukkan Persia, Mesir, Syam, Irak, Burqah, Tripoli bagian barat, Azerbaijan, Jurjan, Basrah, Kufah dan Kairo.
Dalam masa kepemimpinan sepuluh tahun Umar bin Khattab itulah, penaklukan-penaklukan penting dilakukan Islam. Tak lama sesudah Umar bin Khattab memegang tampuk kekuasaan sebagai khalifah, pasukan Islam menduduki Suriah dan Palestina, yang kala itu menjadi bagian Kekaisaran Byzantium. Dalam pertempuran Yarmuk (636), pasukan Islam berhasil memukul habis kekuatan Byzantium. Damaskus jatuh pada tahun itu juga, dan Darussalam menyerah dua tahun kemudian. Menjelang tahun 641, pasukan Islam telah menguasai seluruh Palestina dan Suriah, dan terus menerjang maju ke daerah yang kini bernama Turki. Tahun 639, pasukan Islam menyerbu Mesir yang juga saat itu di bawah kekuasaan Byzantium. Dalam tempo tiga tahun, penaklukan Mesir diselesaikan dengan sempurna.
Penyerangan Islam terhadap Irak yang saat itu berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Persia telah mulai bahkan sebelum Umar bin Khattab naik jadi khalifah. Kunci kemenangan Islam terletak pada pertempuran Qadisiya tahun 637, terjadi di masa kekhalifahan Umar bin Khattab. Menjelang tahun 641, seseluruh Irak sudah berada di bawah pengawasan Islam. Dan bukan hanya itu, pasukan Islam bahkan menyerbu langsung Persia dan dalam pertempuran Nehavend (642), mereka secara menentukan mengalahkan sisa terakhir kekuatan Persia. Menjelang wafatnya Umar bin Khattab di tahun 644, sebagian besar daerah barat Iran sudah terkuasai sepenuhnya. Gerakan ini tidak berhenti tatkala Umar bin Khattab wafat. Di bagian timur mereka dengan cepat menaklukkan Persia dan bagian barat mereka mendesak terus dengan pasukan menyeberang Afrika Utara. 
Selain pemberani, Umar bin Khattab juga seorang yang cerdas. Dalam masalah ilmu diriwayatkan oleh Al Hakim dan Thabrani dari Ibnu Mas’ud berkata, ”Seandainya ilmu Umar bin Khattab diletakkan pada tepi timbangan yang satu dan ilmu seluruh penghuni bumi diletakkan pada tepi timbangan yang lain, niscaya ilmu Umar bin Khattab lebih berat dibandingkan ilmu mereka. Mayoritas sahabatpun berpendapat bahwa Umar bin Khattab menguasai 9 dari 10 ilmu. Dengan kecerdasannya beliau menelurkan konsep-konsep baru, seperti menghimpun Al Qur’an dalam bentuk mushaf, menetapkan tahun hijriyah sebagai kalender umat Islam, membentuk kas negara (Baitul Maal), menyatukan orang-orang yang melakukan sholat sunah tarawih dengan satu imam, menciptakan lembaga peradilan, membentuk lembaga perkantoran, membangun balai pengobatan, membangun tempat penginapan, memanfaatkan kapal laut untuk perdagangan, menetapkan hukuman cambuk bagi peminum "khamr" (minuman keras) sebanyak 80 kali cambuk, mencetak mata uang dirham, audit bagi para pejabat serta pegawai dan juga konsep yang lainnya.
Namun dengan begitu beliau tidaklah menjadi congkak dan tinggi hati. Justru beliau seorang pemimpin yang zuhud lagi wara’. Beliau berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan rakyatnya. Dalam satu riwayat Qatadah berkata, ”Pada suatu hari Umar bin Khattab memakai jubah yang terbuat dari bulu domba yang sebagiannnya dipenuhi dengan tambalan dari kulit, padahal waktu itu beliau adalah seorang khalifah, sambil memikul jagung ia lantas berjalan mendatangi pasar untuk menjamu orang-orang.” Abdullah, puteranya berkata, ”Umar bin Khattab berkata, ”Seandainya ada anak kambing yang mati di tepian sungai Eufrat, maka umar merasa takut diminta pertanggung jawaban oleh Allah SWT.”
Beliaulah yang lebih dahulu lapar dan yang paling terakhir kenyang, Beliau berjanji tidak akan makan minyak samin dan daging hingga seluruh kaum muslimin kenyang memakannya…
Tidak diragukan lagi, khalifah Umar bin Khattab adalah seorang pemimpin yang arif, bijaksana dan adil dalam mengendalikan roda pemerintahan. Bahkan ia rela keluarganya hidup dalam serba kekurangan demi menjaga kepercayaan masyarakat kepadanya tentang pengelolaan kekayaan negara. Bahkan Umar bin Khattab sering terlambat salat Jum'at hanya menunggu bajunya kering, karena dia hanya mempunyai dua baju.
Kebijaksanaan dan keadilan Umar bin Khattab ini dilandasi oleh kekuatirannya terhadap rasa tanggung jawabnya kepada Allah SWT. Sehingga jauh-jauh hari Umar bin Khattab sudah mempersiapkan penggantinya jika kelak dia wafat. Sebelum wafat, Umar berwasiat agar urusan khilafah dan pimpinan pemerintahan, dimusyawarahkan oleh enam orang yang telah mendapat ridha Nabi SAW. Mereka adalah Utsman bin AffanAli bin Abu ThalibThalhah bin UbaidilahZubair binl AwwamSa'ad bin Abi Waqqash, dan Abdurrahman bin Auf. Umar menolak menetapkan salah seorang dari mereka, dengan berkata, aku tidak mau bertanggung jawab selagi hidup sesudah mati. Kalau AIlah menghendaki kebaikan bagi kalian, maka Allah akan melahirkannya atas kebaikan mereka (keenam orang itu) sebagaimana telah ditimbulkan kebaikan bagi kamu oleh Nabimu.
Masjid Nabawi, Makam Umar bin Khattab
Wafatnya Umar bin Khattab
Pada hari Rabu bulan Dzulhijah tahun 23 H Umar Bin Kattab wafat, Beliau ditikam ketika sedang melakukan Shalat Subuh oleh seorang Majusi yang bernama Abu Lu’luah, budak milik al-Mughirah bin Syu’bah diduga ia mendapat perintah dari kalangan Majusi. Umar bin Khattab dimakamkan di samping Nabi saw dan Abu Bakar as Siddiq, beliau wafat dalam usia 63 tahun.

(majlisdzikrullahpekojan.org)

Kenangan Bersama Fatimah Az-Zahra

Kenangan Bersama Fatimah Az-Zahra
Sejatinya, sosok Fatimah telah lama ada di hati Ali. Ali-lah yang mengantarkan Fatimah kecil meninggalkan Mekkah menyusul ayahnya yang telah dulu hijrah. Ali pula yang menyaksikan dengan mata kepala sendiri, betapa Fatimah menangis tersedu-sedu setiap kali Rasulullah dizhalimi. Ali bisa merasakan betapa pedihnya hati fatimah saat ia membersihkan kotoran kambing dari punggung ayahnya yang sedang sholat, yang dilemparkan dengan penuh kebencian oleh orang-orang kafir quraisy.

Bagi Fatimah, sosok rasulullah, ayahnya, adalah sosok yang paling dirindukannya. Meski hati sedih bukan kepalang, duka tak berujung suka, begitu melihat wajah ayahnya, semua sedih dan duka akan sirna seketika. Bagi Fatimah, Rasulullah adalah inspirator terbesar dalam hidupnya. Fatimah hidup dalam kesederhanaan karena Rasulullah menampakkan padanya hakikat kesederhanaan dan kebersahajaan. Fatimah belajar sabar, karena Rasulullah telah menanamkan makna kesabaran melalui deraan dan fitnah yang diterimanya di sepanjang hidupnya. Dan Ali merasakan itu semua. Karena ia tumbuh dan besar di tengah-tengah mereka berdua.

Maka, saat Rasulullah mempercayakan Fatimah pada dirinya, sebagai belahan jiwanya, sebagai teman mengarungi kehidupan, maka saat itulah hari paling bersejarah bagi dirinya. Sebab, sesunguhnya, Fatimah bagi Ali adalah seperti bunda Khodijah bagi Rasulullah. Teramatlah istimewa.

Suka duka, yang lebih banyak dukanya mereka lewati bersama. Dua hari setelah kelahiran Hasan, putra pertama mereka, Ali harus berangkat pergi ke medan perang bersama Rasulullah. Ali tidak pernah benar-benar bisa mencurahkan seluruh cintanya buat Fatimah juga anaknya. Ada mulut-mulut umat yang menganga yang juga menanti cinta sang khalifah.

Mereka berdua hidup dalam kesederhanaan. Kesederhanaan yang sampai mengguncang langit. Penduduk langit bahkan sampai ikut menangis karenanya. Berhari-hari tak ada makanan di meja makan. Puasa tiga hari berturut-turut karena ketiadaan makanan pernah hinggap dalam kehidupan mereka. Tengoklah Ali, dia sedang menimba air di pojokkan sana, Setiap timba yang bisa angkat, dihargai dengan sebutir kurma. Hasan dan Husein bukan main riangnya mendapatkan sekerat kurma dari sang ayah.

Pun, demikian tak pernah ada keluk kesah dari mulut mereka. Bahkan, mereka masih bisa bersedekah. Rasulullah...tak mampu menahan tangisnya... saat mengetahui Fatimah memberikan satu-satunya benda berharga miliknya, seuntai kalung peninggalan sang bunda Khodijah, ketika kedatangan pengemis yang meminta belas kasihan padanya. Rasulullah, yang perkasa itu, tak mampu menyembunyikan betapa air matanya menetes satu persatu...terutama mengingat bahwa kalung itu begitu khusus maknanya bagi dirinya... dan fatimah rela melepasnya, demi menyelamatkan perut seorang pengemis yang lapar, yang bahkan tidak pula dikenalnya.

Dan lihatlah...langit tak diam. Mereka telah menyusun rencana. HIngga, melalui tangan para sahabat, kalung itu akhirnya kembali ke Fatimah. Sang pengemis, budak belaian itu bisa pulang dalam keadaan kenyang, dan punya bekal pulang, menjadi hamba yang merdeka pula. Dan yang terpenting adalah kalung itu telah kembali ke lehernya yang paling berhak...Fatimah.

Namun, waktu terus berjalan. Cinta di dunia tidaklah pernah abadi. Sebab jasad terbatasi oleh usia. Mati. Sepeninggal Rasulullah, Fatimah lebih sering berada dalam kesendirian. Ia bahkan sering sakit-sakitan. Sebuah kondisi yang sebelumnya tidak pernah terjadi saat rasulullah masih hidup. Fatimah seperti tak bisa menerima, mengapa kondisi umat begitu cepat berubah sepeninggal ayahnya. Fatimah merasa telah kehilangan sesuatu yang bernama cinta pada diri umat terhadap pemimpinnya. Dan ia semakin menderita karenanya setiap kali ia terkenang pada sosok yang dirindukannya, Rasulullah SAW.

Pada masa ketika kekalutan tengah berada di puncaknya, Fatimah teringat pada sepenggal kalimat rahasia ayahnya. Pada detik-detik kematian Rasulullah...di tengah isak tangis Fatimah...Rasulullah membisikkan sesuatu pada Fatimah, yang dengan itu telah berhasil membuat Fatimah tersenyum. Senyum yang tak bisa terbaca. Pesan Rasulullah itu sangatlah rahasia, dia hanya bisa terkatakan nanti setelah Rasulullah wafat atau saat Fatimah seperti sekarang ini...terbujur di pembaringan. Ya, Rasulullah berkata, "Sepeninggalku, ...diantara bait-ku (keluargaku), engkaulah yang pertama-tama akan menyusulku..."

Kini, Fatimah telah menunggu masa itu. Ia telah sedemikian rindu dengan ayahanda pujaan hatinya. Setelah menatap mata suaminya, dan menggenggam erat tangannya...seakan ingin berkata, "kutunggu dirimu nanti di surga...bersama ayah...", Fatimah Az-Zahro menghembuskan nafasnya yang terakhir.



Dengan sisa-sisa tenaga yang dimilikinya... dalam deraian air mata... Ali menguburkan jasad istrinya tercinta itu...yang masih belia itu...sendiri...di tengah malam buta...Ali tidak ingin membagi perasaannya itu dengan orang lain. Mereka berdua larut dalam keheningan yang hanya mereka berdua yang tahu. Lama Ali terpekur di gundukan tanah merah yang baru saja dibuatnya. Setiap katanya adalah setiap tetes air matanya. Mengalir begitu deras. Hingga kemudian, dengan dua tangan terkepal. Ali bangkit berdiri...dan berteriak sekeras-seKerasnya sambil menghadap langit...." A L L A H U ... A K B A R".
(www.malqatar.com)

KISAH ALI BIN ABI THALIB ra.

Sahabat yang lahir dalam keprihatinan dan meninggal dalam Kesunyian.
Dialah, khalifah Ali bin Abi Thalib ra.

Ali kecil adalah anak yang malang. Namun, kehadiran Muhammad SAW telah memberi seberkas pelangi baginya. Ali, tidak pernah bisa bercurah hati kepada ayahnya, Abi Thalib, selega ia bercurah hati kepada Rasulullah. Sebab, hingga akhir hayatnya pun, Abi Thalib tetap tak mampu mengucap kata syahadat tanda penyerahan hatinya kepada Allah. Ayahnya tak pernah bisa merasa betapa nikmatnya saat bersujud menyerahkan diri,kepada Allah Rabb semesta sekalian alam.

Kematian ayahnya tanpa membawa sejumput iman begitu memukul Ali. Kelak dari sinilah, ia kemudian bertekad kuat untuk tak mengulang kejadian ini buat kedua kali. Ia ingin, saat dirinya harus mati nanti, anak-anaknya tak lagi menangisi ayahnya seperti tangis dirinya untuk ayahnya, Abi Thalib. Tak cuma dirinya, disebelahnya, Rasulullah pun turut menangisi kenyataan tragis ini...saat paman yang selama ini melindunginya, tak mampu ia lindungi nanti...di hari akhir,karena ketiaadaan iman di dalam dadanya.

Betul-betul pahit, padahal Ali tahu bahwa ayahnya sangatlah mencintai dirinya dan Rasulullah. Saat ayahnya, buat pertama kali memergoki dirinya sholat berjamaah bersama Rasulullah, ia telah menyatakan dukungannya. Abi Thalib berkata, ""Janganlah kau berpisah darinya (Rasulullah), karena ia tidak mengajakmu kecuali kepada kebaikan".

Sejak masih berumur 6 tahun, Ali telah bersama dan menjadi pengikut setia Rasulullah. Sejarah kelak mencatat bahwa Ali terbukti berkomitmen pada kesetiaannya. Ia telah hadir bersama Rasulullah sejak awal dan baru berakhir saat Rasulullah menghembuskan nafasnya yang terakhir. Ali ada disaat yang lain tiada. Ali adalah tameng hidup Rasulullah dalam kondisi kritis atau dalam berbagai peperangan genting, saat diri Rasulullah terancam.

Kecintaan Ali pada Rasulullah, dibalas dengan sangat manis oleh Rasulullah. Pada sebuah kesempatan ia menghadiahkan kepada Ali sebuah kalimat yang begitu melegenda, yaitu : "Ali, engkaulah saudaraku...di dunia dan di akhirat..."

Ali, adalah pribadi yang istimewa. Ia adalah remaja pertama di belahan bumi ini yang meyakini kebenaran yang disampaikan oleh Rasulullah. Konsekuensinya adalah, ia kemudian seperti tercerabut dari kegermerlapan dunia remaja. Disaat remaja lain berhura-hura. Ali telah berkenalan dengan nilai-nilai spiritual yang ditunjukkan oleh Rasulullah, baik melalui lisan maupun melalui tindak-tanduk beliau. "Aku selalu mengikutinya (Rasulullah SAWW) sebagaimana anak kecil selalu membuntuti ibunya. Setiap hari ia menunjukkan kepadaku akhlak yang mulai dan memerintahkanku untuk mengikuti jejaknya", begitu kata Ali mengenang masa-masa indah bersama Rasulullah tidak lama setelah Rasulullah wafat.

Amirul mukminin Ali, tumbuh menjadi pemuda yang berdedikasi. Dalam berbagai forum serius yang dihadiri para tetua, Ali selalu ada mewakili kemudaan. Namun, muda tak berarti tak bijaksana. Banyak argumen dan kata-kata Ali yang kemudian menjadi rujukan. Khalifah Umar bahkan pernah berkata,"Tanpa Ali, Umar sudah lama binasa"

Pengorbanannya menjadi buah bibir sejarah Islam. Ali-lah yang bersedia tidur di ranjang Rasulullah, menggantikan dirinya, saat rumahnya telah terkepung oleh puluhan pemuda terbaik utusan kaum kafir Quraisy yang hendak membunuhnya di pagi buta. Ali bertaruh nyawa. Dan hanya desain Allah saja semata, jika kemudian ia masih tetap selamat, begitu juga dengan Rasulullah yang saat itu 'terpaksa' hijrah ditemani Abu Bakar seorang.

Keperkasaan Ali tiada banding. Dalam perang Badar, perang pertama yang paling berkesan bagi Rasulullah (sehingga setelahnya, beliau memanggil para sahabat yang ikut berjuang dalam Badar dengan sebutan " Yaa...ahlul Badar..."), Ali menunjukkan siapa dirinya sesungguhnya. Dalam perang itu ia berhasil menewaskan separo dari 70an pihak musuh yang terbunuh. Hari itu, bersama sepasukan malaikat yang turun dari langit, Ali mengamuk laksana badai gurun.

Perang Badar adalah perang spiritual. Di sinilah, para sahabat terdekat dan pertama-tama Rasulullah menunjukkan dedikasinya terhadap apa yang disebut dengan iman. Mulanya, jumlah lawan yang sepuluh kali lipat jumlahnya menggundahkan hati para sahabat. Namun, doa pamungkas Rasulullah menjadi penyelamat dari jiwa-jiwa yang gundah. Sebuah doa, semirip ultimatum, yang setelah itu tak pernah lagi diucapkan Rasulullah..."Ya Allah, disinilah sisa umat terbaikmu berkumpul...jika Engkau tak menurunkan bantuanmu, Islam takkan lagi tegak di muka bumi ini..."

Dalam berbagai siroh, disebutkan bahwa musuh kemudian melihat jumlah pasukan muslim seakan tiada batasnya, padahal jumlah sejatinya tidaklah lebih dari 30 gelintir. Pasukan berjubah putih berkuda putih seperti turun dari langit dan bergabung bersama pasukan Rasulullah. Itulah, kemenangan pasukan iman. Dan Ali, menjadi bintang lapangannya hari itu.

Tak hanya Badar, banyak peperangan setelahnya menjadikan Ali sebagai sosok yang disegani. Di Uhud, perang paling berdarah bagi kaum muslim, Ali menjadi penyelamat karena dialah yang tetap teguh mengibarkan panji Islam setelah satu demi satu para sahabat bertumbangan. Dan yang terpenting, Ali melindungi Rasulullah yang kala itu terjepit hingga gigi RAsulullah bahkan rompal dan darah mengalir di mana-mana. Teriakan takbir dari Ali menguatkan kembali semangat bertarung para sahabat, terutama setelah melihat Rasululah dalam kondisi kritis.

Perang Uhud meski pahit namun sejatinya berbuah manis. Di Uhud, Rasulullah banyak kehilangan sahabat terbaiknya, para ahlul Badar. Termasuk pamannya, Hamzah --sang singa padang pasir. Kedukaan yang tak terperi, sebab Hamzah-lah yang selama ini loyal melindungi Rasulullah setelah Abi Thalib wafat. Buah manisnya adalah, doa penting Rasulullah juga terkabul, yaitu masuknya Khalid bin Walid, panglima musuh di Perang Uhud, ke pangkuan Islam. Khalid kemudian, hingga akhir hayatnya, mempersembahkan kontribusi besar terhadap kemenangan dan perkembangan Islam.

Bagi Ali sendiri, perang Uhud makin menguatkan imagi tersendiri pada sosok Fatimah binti Muhammad SAW. Sebab di perang Uhud, Fatimah turut serta. Dialah yang membasuh luka ayahnya, juga Ali, berikut pedang dan baju perisainya yang bersimbah darah.

Juga di perang Khandak. Perang yang juga terhitung genting. Perang pertama yang sifatnya psyco-war. Ali kembali menjadi pahlawan, setelah cuma ia satu-satunya sahabat yang 'berani' maju meladeni tantangan seorang musuh yang dikenal jawara paling tangguh, ‘Amr bin Abdi Wud. Dalam gumpalan debu pasir dan dentingan suara pedang. Ali bertarung satu lawan satu. Rasulullah SAW bahkan bersabda: “Manifestasi seluruh iman sedang berhadapan dengan manifestasi seluruh kekufuran”.

Dan teriakan takbir menjadi pertanda, bahwa Ali menyudahinya dengan kemenangan. Kerja keras Ali berbuah. Kemenangan di raih pasukan Islam tanpa ada benturan kedua pasukan. Tidak ada pertumpahan darah. kegemilangan ini, membuat Rasulullah SAW pada sebuah kesempatan : “Peperangan Ali dengan ‘Amr lebih utama dari amalan umatku hingga hari kiamat kelak”.

Seluruh peperangan Rasulullah diikuti oleh Ali, kecuali satu di Perang Tabuk. Rasulullah memintanya menetap di Mekkah untuk menjaga stabilitas wilayah. Sebab Rasulullah mengetahui, ada upaya busuk dari kaum munafiq untuk melemahkan Mekkah dari dalam saat Rasulullah keluar memimpin perang TAbuk. Kehadiran Ali di Mekkah, meski seorang diri, telah berhasil memporakporandakan rencana buruk itu. Nyali mereka ciut, mengetahui ada Ali di tengah-tengah mereka.

Perubahan drastis ditunjukkan Ali setelah Rasulullah wafat. Ia lebih suka menyepi, bergelut dengan ilmu, mengajarkan Islam kepada murid-muridnya. Di fase inilah, Ali menjadi sosok dirinya yang lain, yaitu seorang pemikir. Keperkasaannya yang melegenda telah diubahnya menjadi sosok yang identik dengan ilmu. Ali benar-benar terinspirasi oleh kata-kata Rasulullah, "jika aku ini adalah kota ilmu, maka Ali adalah pintu gerbangnya". Dari ahli pedang menjadi ahli kalam (pena). Ali begitu tenggelam didalamnya, hingga kemudian ia 'terbangun' kembali ke gelanggang untuk menyelesaikan 'benang ruwet', sebuah nokta merah dalam sejarah Islam. Sebuah fase di mana sahabat harus bertempur melawan sahabat.
(www.malqatar.com)

Kamis, 13 Oktober 2011

KEWAJIBAN SHALAT 5 WAKTU "PART VI"



Kepada Siapa Shalat Ini Diwajibkan?
Shalat diwajibkan kepada tiap muslim yg mukallaf yakni yg telah baligh dan berakal. Adapun orang yg belum baligh dan tdk berakal gugurlah dari kewajiban tersebut. Hal ini berdasarkan hadits ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:
رُفِعَ الْقَلَمُ عَنْ ثَلاَثَةٍ: عَنِ النَّائِمِ حَتَّى يَسْتَيْقِظَ، وَعَنِ الْمُبْتَلَى حَتَّى يَبْرَأَ، وَعَنِ الصَّبِيِّ حَتَّى يَكْبُرَ
“Diangkat pena dari tiga golongan: orang yg tidur sampai ia bangun orang gila sampai kembali akal atau sadar dan anak kecil hingga ia besar.”
Dengan demikian orang yg tidur dan pingsan orang gila dan anak kecil tdk dibebankan kewajiban shalat atas mereka sampai hilang penghalang yg ada. Yakni orang yg tertidur telah bangun dari tidur orang yg pingsan telah siuman dari pingsan orang gila telah pulih dari sakit gila atau telah kembali akal sedangkan anak kecil telah datang masa baligh di antara dgn tanda mimpi basah bagi anak laki2 dan haid bagi anak perempuan5.
Digugurkan kewajiban shalat ini dari wanita yg sedang haid dan nifas. Bahkan haram bagi mereka mengerjakan shalat sampai suci dari haid atau nifas. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ketika ada yg berta sebab kaum wanita dikatakan kurang agama dan akalnya:
أَلَيْسَ إِذَا حَاضَتْ لَمْ تُصَلِّ وَلَمْ تَصُمْ، فَذَلِكَ نُقْصَانُ دِيْنِهَا
“Bukankah jika wanita itu haid ia tdk melaksanakan shalat dan tdk puasa. mk itulah yg dikatakan kurang agamanya6.”










Terhadap shalat yg mereka tinggalkan dlm masa keluar darah tersebut tdk ada keharusan utk mengganti di hari yg lain saat suci berdasarkan hadits Aisyah radhiyallahu ‘anha ketika ada seorang wanita berta kepadanya: “Apakah salah seorang dari kami harus mengqadha shalat bila telah suci dari haid?” Aisyah pun berta dgn nada mengingkari: “Apakah engkau wanita Haruriyah? Kami dulu haid di masa Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam namun beliau tdk memerintahkan kami utk mengganti shalat.”
Faedah
Orang yg tertidur atau lupa hingga terluputkan shalat wajib dari mk ia mengerjakan shalat yg luput tersebut ketika terbangun atau ketika ia ingat. Hal ini berdasarkan hadits Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مَنْ نَسِيَ صَلاَةً فَلْيُصَلِّ إِذَا ذَكَرَهَا
“Siapa lupa dari mengerjakan satu shalat mk hendaklah ia kerjakan shalat tersebut ketika ingat.”
Dalam riwayat Muslim :
إِذَا رَقَدَ أَحَدُكُمْ عَنِ الصَّلاَةِ أَوْ غَفَلَ عَنْهَا فَلْيُصَلِّهَا إِذَا ذَكَرَهَا
“Apabila salah seorang dari kalian tertidur hingga luput dari mengerjakan satu shalat atau ia lupa mk hendaklah ia menunaikan shalat tersebut ketika ia ingat .”
Shalat Anak Kecil
Walaupun anak kecil belum diwajibkan mengerjakan shalat hingga ia besar atau baligh namun dituntut dari wali agar memerintahkan si anak mengerjakan shalat ketika telah mencapai usia tujuh tahun dan menghukum dgn pukulan bila ia meninggalkan ketika telah berusia sepuluh tahun dlm rangka pengajaran dan latihan bukan krn pewajiban. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam:
مُرُوا أَوْلاَدَكُمْ بِالصَّلاَةِ وَهُمْ أَبْنَاءُ سَبْعِ سِنِيْنَ. وَاضْرِبُوْهُمْ عَلَيْهَا وَهُمْ أَبْنَاءُ عَشْرِ سِنِيْنَ. وَفَرِّقُوْا بَيْنَهُمْ فِي الْمَضَاجِعِ
“Perintahkanlah anak-anak kalian utk mengerjakan shalat ketika mereka telah berusia tujuh tahun dan pukullah mereka bila meninggalkan shalat pada saat mereka telah berusia sepuluh tahun. Dan pisahkan tempat tidur mereka.”
Al-Imam As-Syaukani rahimahullahu berkata “Hadits ini menunjukkan wajib memerintahkan anak kecil utk mengerjakan shalat bila mereka telah mencapai usia tujuh tahun dan mereka dipukul bila tdk mau mengerjakan pada usia sepuluh tahun.”
Hukum Meninggalkan Shalat
Bila yg meninggalkan shalat tersebut tdk meyakini kewajiban shalat mk ulama sepakat bahwa orang tersebut kafir menurut nash/dalil yg ada7 dan ijma’. Namun bila meninggalkan krn malas mk ada perbedaan pendapat dlm hal ini.
Al-Imam An-Nawawi rahimahullahu berkata “Orang yg meninggalkan shalat krn mengingkari kewajiban mk orang itu kafir menurut kesepakatan kaum muslimin. Ia keluar dari Islam8 kecuali jika orang itu baru masuk Islam dan tdk berkumpul dgn kaum muslimin sesaatpun yg memungkinkan sampai berita tentang wajib shalat pada dlm masa tersebut. Bila ia meninggalkan shalat krn malas-malasan sementara ia meyakini akan kewajiban –sebagaimana keadaan kebanyakan manusia mereka tdk mengerjakan shalat krn malas padahal tahu hukum shalat tersebut– mk ulama berbeda pendapat dlm masalah ini9.”
Wallahu ta’ala a’lam bish-shawab.
1 “Ketenangan bagi mereka” maksud kata Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhuma: “Rahmat bagi mereka.”
2 Al-Mishbahul Munir fi Tahdzib Tafsir Ibni Katsir hal. 589.
3 Sehingga dlm hal ini batil dan sesatlah bila ada yg memaknakan shalat dgn doa. Akibat ia enggan mengerjakan shalat sebagaimana yg dituntunkan sembari mengatakan “Cukup bagi kita berdoa tanpa melakukan gerakan-gerakan berdiri rukuk dan sujud serta tanpa membaca bacaan-bacaan shalat.”
4 Karena ada yg dinamakan shalat nafilah atau shalat tathawwu’ atau yg lbh kita kenal dgn shalat sunnah.
5 Tanda-tanda baligh tdk terbatas dgn hal ini krn ada anak perempuan telah mencapai usia dewasa namun belum baligh krn mungkin ada penyakit pada diri mk masa baligh dilihat pada tanda yg lain. Demikian pula anak laki2 ada tanda baligh yg lain seperti suara berubah tumbuh rambut pada kemaluan dan sebagainya.
6 Adapun wanita nifas hukum sama dgn wanita haid.
7 Seperti hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma ia berkata “Aku pernah mendengar Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ بَيْنَ الرَّجُلِ وَبَيْنَ الشِّرْكِ وَالْكُفْرِ تَرْكَ الصَّلاَةِ
“Sesungguh antara seseorang dgn kesyirikan dan kekufuran adl meninggalkan shalat.”



8 Orang yg menentang kewajiban shalat dihukumi kafir krn ia mendustakan Allah Subhanahu wa Ta’ala dan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ijma’ kaum muslimin.
9 Akan datang pembahasan tersendiri dlm edisi mendatang –Insya Allah– tentang hukum orang yg meninggalkan shalat krn malas-malasan.
Sumber: www.asysyariah.com.

(blog.re.or.id/shalat-dan-hukumnya.htm)

KEWAJIBAN SHALAT 5 WAKTU "PART III"

Di antara bukti yg menunjukkan bahwa shalat merupakan amalan yg tinggi dan utama bila dibandingkan amalan-amalan lain adl Allah Subhanahu wa Ta’ala melarang seseorang melakukan sampai ia mencuci anggota-anggota wudhu ditambah dgn memerhatikan kebersihan badan seluruhnya. Demikian pula pakaian dan tempat shalat harus suci/bersih dari kotoran/najis. Bila tdk mendapatkan air atau udzur utk menggunakan mk ia dapat mengganti dgn tayammum.
Banyak hadits yg menyebutkan keutamaan dan tinggi kedudukan shalat dlm agama ini di antaranya:
Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata “Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلاَةُ، فَإِنْ صَلُحَتْ صَلُحَ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ
“Amalan yg pertama kali dihisab dari seorang hamba adl shalatnya. Bila shalat baik mk baik pula seluruh amal sebalik jika shalat rusak mk rusak pula seluruh amalnya.”
Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu pernah mendengar Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
أَرَأَيْتُمْ لَوْ أَنَّ نَهْرًا بِبَابِ أَحَدِكُمْ يَغْتَسِلُ فِيْهِ كُلَّ يَوْمٍ خَمْسًا، مَا تَقُوْلُ ذَلِكَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ؟ قَالُوْا: لاَ يُبْقِي مِنْ دَرَنِهِ شَيْئاً. قَالَ: فَذَلِكَ مَثَلُ الصَّلَوَاتِ الْخَمْسِ يَمْحُو اللهُ بِهِنَّ الْخَطَايَا
“Apa pendapat kalian bila ada sebuah sungai di depan pintu salah seorang dari kalian di mana dlm tiap hari ia mandi di sungai tersebut sebanyak lima kali apa yg engkau katakan tentang hal itu apakah masih tertinggal kotoran padanya?” Para sahabat menjawab “Tentu tdk tertinggal sedikitpun kotoran padanya.” Rasulullah bersabda “Yang demikian itu semisal shalat lima waktu. Allah menghapus kesalahan-kesalahan dgn shalat tersebut.”
Jumlah Shalat Fardhu
Shalat diwajibkan tiap malam dan siang sebanyak lima kali. Inilah yg dikatakan shalat fardhu4 atau shalat wajib. Shalat fardhu ini disebutkan dlm hadits Thalhah bin ‘Ubaidillah radhiyallahu ‘anhu ia berkisah:
جَاءَ رَجُلٌ مِنْ أَهْلِ نَجْدٍ ثَائِرُ الرَّأْسِ يُسْمَعُ دَوِيُّ صَوْتِهِ وَلاَ يُفْقَهُ مَا يَقُوْلُ حَتَّى دَنَا، فَإِذَا هُوَ يَسْأَلُ عَنِ اْلإِسْلاَمِ، فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: خَمْسُ صَلَوَاتٍ فيِ الْيَوْمِ وَاللَّيْلَةِ. فَقَالَ: هَلْ عَلَيَّ غَيْرَهُنَّ؟ قَالَ: لاَ، إِلاَّ أَنْ تَطَوَّعَ
“Datang seorang lelaki dari penduduk Najd dgn rambut yg kusut masai terdengar pekik suara yg keras namun tdk dapat dipahami apa yg ia katakan hingga ia mendekat. Ternyata ia berta tentang Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda ‘Shalat lima waktu sehari semalam.’ Orang itu berta lagi ‘Apakah ada shalat lain yg wajib aku tunaikan selain shalat lima waktu tersebut?’ Beliau menjawab ‘Tidak kecuali bila engkau hendak mengerjakan shalat tathawwu’ ’.”
Al-Imam Asy-Syaukani rahimahullahu berkata “Hadits ini menunjukkan tentang shalat yg difardhukan kepada para hamba .”
Lima shalat yg diwajibkan tersebut adl shalat Subuh Zhuhur Ashar Maghrib dan ‘Isya. Kelima shalat ini hukum fardhu ‘ain dibebankan kepada tiap muslim yg mukallaf laki2 ataupun perempuan orang merdeka ataupun budak. Di sana ada pula shalat yg hukum fardhu kifayah yaitu shalat jenazah. Shalat ini hanya dibebankan kepada orang yg hadir di tempat tersebut bila sudah ada yg menunaikan mk gugurlah kewajiban bagi yg lain.

(blog.re.or.id/shalat-dan-hukumnya.htm)

KEWAJIBAN SHALAT 5 WAKTU "PART II"

Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda kepada Mu’adz radhiyallahu ‘anhu saat mengutus ke negeri Yaman utk mendakwahkan Islam kepada ahlul kitab yg tinggal di negeri tersebut:
فَأَعْلِمْهُمْ أَنَّ اللهَ افْتَرَضَ عَلَيْهِمْ خَمْسَ صَلَوَاتٍ فِي كُلِّ يَوْمٍ وَلَيْلَةٍ
“Ajarkanlah kepada mereka bahwa Allah memfardhukan kepada mereka lima shalat dlm sehari semalam.”
Dari sisi ijma’ umat ini telah sepakat akan wajib shalat lima waktu sehari semalam. tdk ada seorang pun yg menentang kewajiban sampai-sampai ahlul bid’ah pun mengakui kewajibannya.
Ibadah yg satu ini memiliki banyak faedah yg tdk terbatas baik dari sisi agama maupun dunia. Ibadah ini sangat bermanfaat bagi kesehatan memberi dampak positif dlm hubungan kemasyarakatan dan keteraturan hidup . Di dlm pun tercakup banyak macam ibadah. Selain doa di dlm terdapat dzikrullah ada tilawah Al-Qur`an berdiri di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala ruku’ sujud tasbih dan takbir. Karena shalat merupakan induk/ puncak ibadah badaniyyah .
Penyebutan Shalat dlm Al-Qur`An
Banyak sekali ayat-ayat Allah Subhanahu wa Ta’ala yg menyebutkan tentang shalat. Terkadang digabungkan penyebutan dgn dzikir seperti dlm ayat berikut ini:
إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرُ
“Sesungguh shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan mungkar dan utk mengingat Allah dgn banyak.”
وَأَقِمِ الصَّلاَةَ لِذِكْرِي
“Tegakkanlah shalat utk mengingat-Ku.”
Terkadang penyebutan digandengkan dgn zakat seperti dlm ayat:
وَأَقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَآتُوا الزَّكَاةَ
“Tegakkanlah shalat dan tunaikanlah zakat.”
Terkadang pula digandengkan dgn kesabaran:
وَاسْتَعِيْنُوا بِالصَّبْرِ وَالصَّلاَةِ
“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolong kalian.”
Dan lain sebagainya.
Keutamaan Shalat dan Kedudukan dlm Islam
Shalat yg selalu kita kerjakan tiap hari memiliki kedudukan yg besar dan agung dlm agama ini. Ibadah yg mulia ini disyariatkan pada seluruh umat tdk hanya pada umat Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagaimana perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada Maryam ibunda ‘Isa ‘alaihissalam:
يَا مَرْيَمُ اقْنُتِي لِرَبِّكِ وَاسْجُدِي وَارْكَعِي مَعَ الرَّاكِعِيْنَ
“Wahai Maryam taatilah Rabbmu sujud dan ruku’lah bersama orang2 yg ruku’.”
Hal ini menunjukkan penting keberadaan shalat juga krn shalat merupakan penghubung antara seseorang dgn Rabbnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menerima kewajiban ibadah ini langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala tanpa perantara pada malam Mi’raj di Sidratul Muntaha di langit ketujuh sekitar tiga tahun sebelum hijrah ke Madinah.
Begitu penting shalat ini sampai-sampai Allah Subhanahu wa Ta’ala memerintahkan utk menjaga baik di waktu muqim maupun di waktu safar baik dlm keadaan aman maupun dlm keadaan mencekam seperti situasi perang. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
حَافِظُوا عَلَى الصَّلَوَاتِ وَالصَّلاَةِ الْوُسْطَى وَقُوْمُوا لِلهِ قَانِتِيْنَ. فَإِنْ خِفْتُمْ فَرِجَالاً أَوْ رُكْبَانًا فَإِذَا أَمِنْتُمْ فَاذْكُرُوا اللهَ كَمَا عَلَّمَكُمْ مَا لَمْ تَكُوْنُوا تَعْلَمُوْنَ
“Jagalah oleh kalian semua shalat dan jagalah pula shalat wustha . Berdirilah krn Allah dlm shalat kalian dgn khusyu’. Jika kalian dlm keadaan takut mk shalatlah sambil berjalan atau berkendaraan. Kemudian apabila kalian telah aman sebutlah/ingatlah Allah sebagaimana Allah telah mengajarkan kepada kalian apa yg belum kalian ketahui.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun mengancam orang2 yg menyia-nyiakan shalat:
فَخَلَفَ مِنْ بَعْدِهِمْ خَلْفٌ أَضَاعُوا الصَّلاَةَ وَاتَّبَعُوا الشَّهَوَاتِ فَسَوْفَ يَلْقَوْنَ غَيًّا
“Lalu datanglah setelah mereka pengganti yg jelek yg menyia-nyiakan shalat dan memperturutkan hawa nafsu mk mereka kelak akan menemui kesesatan.”
Allah Subhanahu wa Ta’ala juga berfirman:
فَوَيْلٌ لِلْمُصَلِّيْنَ. الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلاَتِهِمْ سَاهُوْنَ
“Maka celakalah orang2 yg shalat yaitu mereka yg melalaikan shalat mereka.”
Yang perlu diketahui shalat ini merupakan kewajiban pertama yg harus ditunaikan seorang hamba setelah ia mengikhlaskan ibadah hanya kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala. Sebagaimana hal ini ditunjukkan dlm ayat:
فَإِذَا انْسَلَخَ اْلأَشْهُرُ الْحُرُمُ فَاقْتُلُوا الْمُشْرِكِيْنَ حَيْثُ وَجَدْتُمُوْهُمْ وَخُذُوْهُمْ وَاحْصُرُوْهُمْ وَاقْعُدُوا لَهُمْ كُلَّ مَرْصَدٍ فَإِنْ تَابُوا وَأَقَامُوا الصَّلاَةَ وَآتَوُا الزَّكَاةَ فَخَلُّوا سَبِيْلَهُمْ
“Apabila telah habis bulan-bulan Haram bunuhlah orang2 musyrikin itu di mana saja kalian menjumpai mereka tangkaplah mereka kepung dan intailah di tempat pengintaian. Jika mereka bertaubat dari kesyirikan mereka dan mendirikan shalat serta menunaikan zakat mk berilah kebebasan kepada mereka utk berjalan.”
Shalat yg dikerjakan dgn benar akan mencegah dari perbuatan kemungkaran:
إِنَّ الصَّلاَةَ تَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنْكَرِ
“Sesungguh shalat dapat mencegah dari perbuatan keji dan mungkar.”
Mengerjakan shalat juga akan menghapuskan kesalahan-kesalahan. Karena shalat merupakan kebajikan utama sementara kebajikan akan menghapus kejelekan:
إِنَّ الْحَسَنَاتِ يُذْهِبْنَ السَّيِّئَاتِ
“Sesungguh kebaikan-kebaikan akan menghapuskan kesalahan-kesalahan.”

(blog.re.or.id/shalat-dan-hukumnya.htm)

KEWAJIBAN SHALAT 5 WAKTU "PART I"

Shalat dan Hukumnya
penulis Al-Ustadz Muslim Abu Ishaq Al-Atsari
Syariah Seputar Hukum Islam 05 - Agustus - 2007 06:15:05
Shalat ibadah yg demikian utama ini ternyata banyak yg meninggalkannya. Sebagian besar memang dilatari kemalasan namun tdk sedikit yg mengingkari kewajibannya. Yang disebut belakangan kebanyakan menjangkiti sebagian dari mereka yg belajar “Islam” ke negara-negara Barat.
Shalat sebagaimana yg kita ketahui merupakan tiang agama seperti dinyatakan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam dlm haditsnya:
رَأْسُ اْلأَمْرِ اْلإِسْلاَمُ، وَعَمُوْدُهُ الصَّلاَةُ، وَذَرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ فِي سَبِيْلِ اللهِ

“Pokok dari perkara ini adl Islam tiang adl shalat dan puncak adl jihad fi sabillah.”
Secara bahasa shalat berarti doa dgn kebaikan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلاَتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
“Shalatlah utk mereka krn sesungguh shalatmu adl ketenangan1 bagi mereka.”
Makna “bershalatlah utk mereka” adl berdoalah utk mereka.2
Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

إِذَا دُعِيَ أَحَدُكُمْ فَلْيُجِبْ، فَإِنْ كَانَ مُفْطِرًا فَلْيَطْعَمْ، وَإِنْ كَانَ صَائِمًا فَلْيُصَلِّ
“Apabila salah seorang dari kalian diundang mk hendaklah ia memenuhi undangan tersebut. Bila ia dlm keadaan tdk berpuasa hendaklah ia makan . Namun bila ia sedang berpuasa mk hendak ia mendoakan tuan rumah.”
Ibadah yg disyariatkan ini dinamakan dgn nama doa/shalat krn tercakup di dlm doa-doa.
Adapun makna shalat dlm syariat adl peribadatan kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dgn ucapan dan perbuatan yg telah diketahui diawali dgn takbir dan diakhiri dgn salam disertai syarat-syarat yg khusus dan dgn niat.
Ibnu Qudamah rahimahullahu menyatakan bila dlm syariat disebutkan perkara shalat atau hukum yg berkaitan dgn shalat mk shalat ini dipalingkan dari makna secara bahasa kepada pengertian shalat secara syar’i3.
Shalat ini hukum wajib menurut Al-Qur`an As-Sunnah dan ijma’ kaum muslimin.
Dari Al-Qur`an kita dapatkan kewajiban antara lain dalam:

وَمَا أُمِرُوا إِلاَّ لِيَعْبُدُوا اللهَ مُخْلِصِيْنَ لَهُ الدِّيْنَ حُنَفَاءَ وَيُقِيْمُوا الصَّلاَةَ وَيُؤْتُوا الزَّكَاةَ وَذَلِكَ دِيْنُ الْقَيِّمَةِ
“Tidaklah mereka itu diperintah kecuali agar mereka beribadah kepada Allah dgn mengikhlaskan agama untuk dlm keadaan hanif dan agar mereka menegakkan shalat serta membayar zakat. Yang demikian itu adl agama yg lurus.”
Dalam ayat lain Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

إِنَّ الصَّلاَةَ كَانَتْ عَلَى الْمُؤْمِنِيْنَ كِتَابًا مَوْقُوْتًا
“Sesungguh shalat itu adl kewajiban yg ditentukan waktu atas orang2 yg beriman.”
Dari As-Sunnah shalat termasuk rukun Islam yg tersebut dlm hadits Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda:

بُنِيَ اْلإِسْلاَمُ عَلَى خَمْسٍ: شَهَادَةِ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ وَإِقاَمِ الصَّلاَةِ وَإِيْتَاءِ الزَّكَاةِ وَالْحَجِّ وَصَوْمِ رَمَضَانَ
“Islam dibangun di atas lima perkara yaitu syahadat laa ilaaha illallah dan Muhammadan Rasulullah menegakkan shalat menunaikan zakat haji dan puasa Ramadhan.”

(blog.re.or.id/shalat-dan-hukumnya.htm)

Senin, 10 Oktober 2011

PERTEMANAN


Teman itu berarti seseorang di luar diri kita yang mengenal kita dan berkenan berbicara dengan kita. Dia bisa siapa saja. Bisa orang tua kita, bisa tetangga, bisa rekan kantor atau saudara kita sendiri. Teman adalah orang yang tidak membuat kita merasa buruk juga tidak membuat kita menjadi buruk Sedangkan musuh kita adalah sebaliknya, orang yang membuat kita merasa buruk dan lebih buruk lagi dia dengan sengaja membuat kita menjadi lebih buruk.

Wah, kata-kata itu mengalir begitu saja dari bibir manakala putriku satu-satunya mempertanyakan apa arti seorang teman. Tak tahu bagaimana menerangkan dengan lebih jelas lagi definisi teman dan musuh. Ini bukan pertama kalinya aku kesulitan menerangkan definisi suatu hal pada seorang anak berusia 10 tahun.
Berusaha menjelaskan dengan bahasa yang paling sederhana yang bisa mereka mengerti. Sementara pengetahuan dan wawasanku juga terbatas. Apa yang kuterangkan lebih kepada apa yang kutahu saja dan apa yang kurasa dari pengalaman hidupku. Kusadari kadang jawaban-jawabanku tidak bisa memuaskannya namun kuyakinkan hatiku bahwa bagaimana pun setiap jawabanku ditujukan sekaligus untuk mendidiknya menjadi lebih baik.
“Jadi teteh boleh pilih-pilih teman?”
“Ya tergantung dong sayang…”
“Tergantung gimana?”
“Kalau maksud teteh itu pilih-pilih mana yang kaya mana yang miskin, pilih berteman dengan yang pinter aja atau yang cantik aja, itu tidak boleh. Kita tidak boleh membatasi diri berteman dengan siapa pun. Yang kaya, yang miskin, yang cantik, yang jelek, yang pinter, yang bodoh, itu semua bisa kita jadikan teman. Sementara jika ada yang mengajak pada hal-hal buruk maka itu berarti dia bukan teman. Kita bisa menganggapnya sebagai musuh namun tetap memperlakukan mereka dengan adil.”
"Ngga ngerti ah Mah, yang ga boleh teteh jadikan teman yang seperti apa?"
"Gini, kalau ada teman teteh yang suka ngajak teteh melakukan yang jelek, itu artinya dia bukan teman teteh. Kalau ada orang yang suka berkumpul dan mempengaruhi teteh agar membenci orang lain maka itu juga artinya dia bukan teman teteh. Orang seperti itu harus dihindari karna akan membat hati teteh jadi buruk. Mamah tidak mengizinkan teteh memiliki kebencian dalam hati pada siapa pun termasuk pada musuh teteh itu. Teteh cukup menghindari agar tak terpengaruh sifat buruknya tapi tak perlu membencinya. Sekalian nih mamah juga mau kasih tau teteh agar teteh tidak membangun sifat iri hati pada orang lain, apalagi sama saudara sendiri karena iri hati inilah yang biasanya mendorong kita menjadi miskin jiwa.”
Tanpa kusadari, pertanyaan putri sulungku justru membuka celah baru bagi pikiranku, beruntungnya aku selama ini telah memiliki banyak teman yang selalu mau berbagi, yang menunjukkan hal-hal positif, memperkaya jiwaku dengan kebaikan-kebaikan yang mereka tularkan padaku tidak saja lewat kata-kata tetapi lebih pada perilaku keseharian. Pikiranku melayang dan mereka-reka…
Teman adalah seseorang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanku, bukan seseorang yang membicarakanku di belakang dan membiarkanku tetap dengan kesalahan yang ku buat tanpa tahu apa yang salah.

(piechenny.multiply.com/journal/item/4/Teman_)

TUGAS KKPI



Protokol Jaringan adalah aturan-aturan yang digunakan dalam jaringan sehingga komputer-komputer anggota jaringan dan komputer berbeda platform dapat saling berkomunikasi. Yang di atur adalah : Topologi/Bentuk Fisik Jaringan, Kabel yang di gunakan, dan Kecepatan transfernya. Berikut adalah Jenis-Jenis dari Protocol Jaringan...(apris.wordpress.com/jaringan/protokol-jaringan/)






OSI Reference Model memiliki tujuh lapis, yakni sebagai berikut
Lapisan ke- Nama lapisan Keterangan
7 Application layer Berfungsi sebagai antarmuka dengan aplikasi dengan fungsionalitas jaringan, mengatur bagaimana aplikasi dapat mengakses jaringan, dan kemudian membuat pesan-pesan kesalahan. Protokol yang berada dalam lapisan ini adalah HTTP, FTP, SMTP, dan NFS.
6 Presentation layer Berfungsi untuk mentranslasikan data yang hendak ditransmisikan oleh aplikasi ke dalam format yang dapat ditransmisikan melalui jaringan. Protokol yang berada dalam level ini adalah perangkat lunak redirektor (redirector software), seperti layanan Workstation (dalam Windows NT) dan juga Network shell (semacam Virtual Network Computing (VNC) atau Remote Desktop Protocol (RDP)).
5 Session layer Berfungsi untuk mendefinisikan bagaimana koneksi dapat dibuat, dipelihara, atau dihancurkan. Selain itu, di level ini juga dilakukan resolusi nama.
4 Transport layer Berfungsi untuk memecah data ke dalam paket-paket data serta memberikan nomor urut ke paket-paket tersebut sehingga dapat disusun kembali pada sisi tujuan setelah diterima. Selain itu, pada level ini juga membuat sebuah tanda bahwa paket diterima dengan sukses (acknowledgement), dan mentransmisikan ulang terhadp paket-paket yang hilang di tengah jalan.
3 Network layer Berfungsi untuk mendefinisikan alamat-alamat IP, membuat header untuk paket-paket, dan kemudian melakukan routing melalui internetworking dengan menggunakan router dan switch layer-3.
2 Data-link layer Befungsi untuk menentukan bagaimana bit-bit data dikelompokkan menjadi format yang disebut sebagai frame. Selain itu, pada level ini terjadi koreksi kesalahan, flow control, pengalamatan perangkat keras (seperti halnya Media Access Control Address (MAC Address)), dan menetukan bagaimana perangkat-perangkat jaringan seperti hub, bridge, repeater, dan switch layer 2 beroperasi. Spesifikasi IEEE 802, membagi level ini menjadi dua level anak, yaitu lapisan Logical Link Control (LLC) dan lapisan Media Access Control (MAC).
1 Physical layer Berfungsi untuk mendefinisikan media transmisi jaringan, metode pensinyalan, sinkronisasi bit, arsitektur jaringan (seperti halnya Ethernet atau Token Ring), topologi jaringan dan pengabelan. Selain itu, level ini juga mendefinisikan bagaimana Network Interface Card (NIC) dapat berinteraksi dengan media kabel atau radio.  



(wikipedia.org/wiki/Model_OSITembolok - Mirip)

Kamis, 06 Oktober 2011

ikan terapi

Terapi ikan merupakan salah satu pengobatan alternatif yang sudah tidak asing lagi di telinga, hal ini tidak lepas dari hasil positif yang diperoleh manusia melalui terapi ikan tersebut. Ikan-ikan khusus ini melakukan terapi dengan menghisap bagian tubuh yang dicelupkan ke kolam tempat ikan ini berkumpul di karenakan ikan ini tidak memiliki gigi seperti ikan-ikan biasanya, oleh karena itulah ikan-ikan jenis ini disebut khusus untuk terapi. Ikan dengan keahlian khusus ini memang memiliki kelebihan tersendiri, selain tidak memiliki gigi seperti ikan lainnya, ikan-ikan ini ternyata suka memakan sel-sel kulit mati dari manusia, karena inilah ketika bagian tubuh manusia dimasukkan kedalam kolam, ikan-ikan tersebut berebut dan bergerombol seperti mencium-cium bagian tubuh manusia tersebut. Orang yang pertama kali merasakan terapi ikan ini akan merasakan bagian tubuhnya yang digeromboli ikan serasa distrum atau dipijat, bahkan membuat orang tersebut tertawa karena seperti menggelitik.




















Manfaat Terapi Ikan

Terapi ikan dipercaya memiliki banyak manfaatnya bagi manusia dan tidak pandang usia mulai bayi hingga dewasa, manfaat ini dibuktikan dengan semakin banyaknya orang yang mulai menyukai terapi ikan ini. Namun karena jarangnya jasa pengobataan alternatif terapi ikan ini, meskipun pernah juga ditemukan seperti di Mall, Tempat spa ataupun salon, belum memberikan publikasi yang luas tentang manfaat terapi ikan ini. Manfaat-manfaat tersebut diantaranya yaitu :
  1. Melancarkan peredaran darah,
  2. Menghaluskan Kulit,
  3. Menghilangkan rasa pegal-pegal,
  4. Menghilangkan stres.
Mengatasi penyakit-penyakit seperti :
  1. Vertigo,
  2. Reumatik,
  3. dan Hipertensi.
Terapi Ikan Di Indonesia

Terapi ikan memang sudah banyak dikenal di dunia, seperti turki dan thailand yang memiliki ikan yang mampu melakukan terapi pada bagian-bagian tubuh manusia. Di sanalah pula banyak muncul usaha terapi ikan. Melihat banyaknya penggemar terapi ikan di dunia membuat pengusaha Indonesia mengimport ikan ini mulai dari ikan asal turki hingga ikan asal thailand ini. Sedangkan ikan Indonesia sendiri yang merupakan negara dengan jenis ikan terbanyak ini tidak diperhatikan. Ikan Nilem Mangut (Osteochillus Hasselti) merupakan ikan asli Indonesia yang memiliki keahlian khusus seperti ikan-ikan luar negeri yang mampu melakukan terapi, bahkan hasil yang diperoleh lebih cepat terasa dibandingkan dengan ikan-ikan khusus jenis lainnya. Ikan ini umumnya berukuran kecil dan memiliki warna kecoklatan serta suka bergerombol. Ikan ini masih sangat jarang digunakan sebagai usaha terapi ikan di Indonesia karena usaha terapi ikan masih banyak yang menggunakan ikan import sebagai sarana terapi ikan. Selain lebih murah, ikan nilem ini memberikan sensasi yang lebih terasa dibandingkan dengan ikan jenis lainnya.

(http://id.shvoong.com/medicine-and-health/alternative-medicine/2198070-terapi-ikan/)

Pendaftaran TNI AD 2011




Rekruitment / Penerimaan Pendaftaran Prajurit TNI AD 2011 :
  • Penjelasan Umum Rekruitment :
  • Pendaftaran Akmil
  • Pendaftaran BINTARA
  • Pendaftaran PSDB Penerbangan
  • Pendaftaran Perwira PK
  • Pendaftaran Beasiswa
PENJELASAN UMUM REKRUITMENT TAHUN 2011
Prajurit TNI AD,direkrut dari masyarakat umum dalam upaya memenuhi kebutuhan organisasi TNI AD. Untuk memperoleh prajurit baru yang berkualitas serta mampu memenuhi tuntutan tugas, maka penyediaan prajurit dilaksanakan melalui penerimaan dan pengerahan dengan kegiatan-kegiatan pengujian atau penyaringan berdasarkan persyaratan yang ditentukan.


Persyaratan Umum untuk menjadi prajurit adalah :

1. Warga negara Republik Indonesia,
2. Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
3. Setia dan taat kepada Pancasila dan UUD 1945,
4. Sudah berumur 18 tahun,
5. Sehat jasmani dan rohni, serta
6. Tidak sedang kehilangan hak menjadi prajurit berdasarkan keputusan pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
8. Selain itu, harus memenuhi persyaratan lain yang ditentuka dan lulus dari pengujian atau lulus dari penyaringan.
Penerimaan Prajurit di lingkungan TNI AD di bagi dalam 3 kelompok yaitu kelompok Tamtama, Bintara dan Perwira.
Tamtama :
Membentuk prajurit dalam tatanan organisasi TNI/TNI AD sebagai prajurit pelaksana yang terpercaya dengan keterampilan yang tinggi. Karena itu pendidikan Tamtama bertujuan membentuk dan mengembangkan pemuda-pemuda warga negara Indonesia yang memenuhi syarat sesuai ketentuan untuk menjadi Calon Tamtama umum TNI AD.

Bintara :
Membentuk prajurit Bintara dalam tatanan organisasi TNI sebagai pimpinan unit kecil, juru, pelatih, pengawas serta tulang punggung pelaksana tugas TNI/TNI AD. Karena itu pendidikan Bintara bertujuan membentuk dan mengembangkan Bintara; agar mampu, cakap serta mahir melaksanakan tugas dan jabatan sesuai dengan lapangan penugasannya.

Pendidikan Perwira.
Membentuk prajurit Perwira dalam tatanan organisasi TNI/TNI AD sebagai pemimpin dalam arti luas. Dalam arti sebenarnya, yaitu Pimpinan yang mempunyai nilai kejuangan dan kemampuan profesi yang tinggi. Karena itu Pendidikan Perwira bertujuan membentuk dan mengembangkan Perwira agar: mampu, cakap serta mahir melaksanakan tugas dan jabatan sesuai dengan lapangan penugasan, sebagai kekuatan Pertahanan.
(www.murid1jesus.wordpress.com/info-penerimaan/pendaftaran-tni-ad/)