2.3 Uraian Kegiatan
PT.
CENTRAL PERTIWI BAHARI ialah, Usaha Perikanan dibidang “HATCERING” pada benur
udang fanami, adapun uraian kegiatan
yang dilakukan pada saat prakerin di PT. Central Pertiwi Bahari adalah
sebagai berikut:
v
WATER
Lazimnya pada suatu usaha budidayaperikanan, keberhasilan usaha
pembenihan udang sangat ditentukan oleh kondisi alam/lingkungan dan faktor
pendukung lainnya. Faktor
alam tersebut antara lain: tersedianya
lingkungan perairan yang mampu berfungsi sebagai sumber air yang memadai, baik
dalam kualitas maupun kuantitas. Artinya, ketersediaan airnya terjamin meski
pada saat air laut mengalami surut sekalipun dan bebas dari mikroorganisme yang
berbahaya sehingga mampu mendukung kelangsungan hidup larva.
Adapun persyaratan
kualitas air yang dibutuhkan untuk mendukung kegiatan pembenihan udang di PT.
CPB Rembang dijelaskan pada Tabel
1 di bawah ini:
Tabel 1. Persyaratan kualitas air
untuk pembenihan udang Vannamei.
Parameter
|
Nilai
|
Suhu
|
28 – 330C
|
Salinitas
|
30 – 33 ppt
|
Ph
|
7.5 – 8.5
|
Oksigen terlarut
|
Min. 4 mg/l
|
NH3-N
|
Maks. 0,5 mg/l
|
NO2-N
|
Maks. 0,8 mg/l
|
H2S
|
Maks. 0,05 mg/l
|
Alkalinitas
|
Min. 100 mg/l CaCO3
|
Besi (Fe) total
|
Maks. 0,2 mg/l
|
v
LABOLATORIUM QUALITI CONTROL
§ Kultur Zooplankton
Di CPB Rembang, jenis zooplankton yang dibudidayakan sebagai pakan benih
(naupli) adalah artemia. Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari filum
arthropoda. Artemia bersifat euryhaline atau memiliki toleransi terhadap
kisaran salinitas/kadar garam yang luas. Sifat ini yang membuat artemia mudah
untuk dikultur/dibudidayakan sebagai pakan udang. Keunggulan artemia sendiri
sebagai pakan alami antara lain: memiliki warna yang cerah sehingga menarik
perhatian pemangsa, kandungan gizi yang tinggi dan mudah dicerna.
Pada dasarnya budidaya artemia terbagi menjadi tiga tahapan, yakni
dehidrasi, desinfeksi dan penetasan. Adapun uraian kegiatan budidaya artemia
dapat dijabarkan sebagai berikut:
§
Persiapan alat dan bahan
Peralatan yang digunakan
untuk kultur Artemia antara lain:
1) Bak kultur volume 1.500 liter.
2) Tangki fiber kerucut dengan dasar
transparan (cone) bervolume 500 liter.
3) Ember plastik 20galon (volume 50
liter).
4) Seser artemia dengan mesh size 200 µ.
5) Cyste artemia.
Semua peralatan dan bak yang akan
digunakan untuk kultur artemia
dicuci dengan menggunakan larutan detergen, setelah itu dikeringkan. Untuk bak
kultur harus dikeringkan selama sedikitnya 24 jam sebelum dipergunakan.
Sedangkan untuk seser, setelah dicuci bersih dengan menggunakan air tawar,
direndam dalam larutan formalin 1000 ppm selama 30 menit.Setelah itu dibilas
lagi dengan menggunakan air tawar kemudian dikeringkan.
v
PAKAN ALAMI
1. Kultur Fitoplankton
Di CPB Rembang, jenis fitoplankton
yang dibudidayakan antara lain: thallasiosera dan skeletonema. Keduanya
merupakan alga kersik (chrysophyta). Metode yang
digunakan untuk mengkultur kedua jenis alga tersebut adalah pengenceran. Pada
metode ini,air laut
yang mengandung berbagai jenis alga diencerkan berkali-kali sehingga didapatkan
spesies tunggal yang diinginkan. Adapun penjabaran dari metode kultur plankton
yang digunakan di CPB Rembang dapat
dilihat pada SOP kultur plankton di Laboratorium
Life Food Production & Experiment – R&D.
Di Fry Production Unit – unit
yang bertanggung jawab terhadap pengelolaan benih dari segi pemberian pakan,
kegiatan pengelolaan dan
penyediaan thallasiosera dan skeletonema dilakukan mulai dari skala: kultur agar à test
tube à kultur murni 100 ml à 500
ml à 1 lt à 15 lt
à fiber à massal. Uraian kegiatan
tersebut adalah sebagai berikut
:
§
Persiapan alat dan bahan
1. Siapkan peralatan yang akan digunakan
untuk kultur fitoplankton antara lain:
Tabel
2. Alat-alat untuk mengkultur fitoplankton
No
|
Jenis alat
|
No
|
Jenis Alat
|
No
|
Jenis Bahan
|
1
|
Cawan petri
|
10
|
Selang benang
|
1
|
Kapas
|
2
|
Hot plate
|
11
|
Beaker glass
|
2
|
Agar
|
3
|
Autoclave
|
12
|
Paralon U2
|
3
|
Pupuk Guilaad
|
4
|
Tabung erlenmeyer 1liter
|
13
|
Galon
|
4
|
Bibit plankton
|
5
|
Test tube
|
14
|
Fiber tank transparan
|
|
|
6
|
Tabung erlenmeyer 100ml
|
15
|
filter
|
|
|
7
|
Botol kultur 500ml
|
16
|
Seser plankton
|
|
|
8
|
Botol kultur 1liter
|
17
|
Pitcher plastik
|
|
|
9
|
Selang spiral
|
|
|
|
|
2. Kultur Zooplankton
Di CPB Rembang, jenis zooplankton yang dibudidayakan sebagai pakan benih
(naupli) adalah artemia. Artemia merupakan kelompok udang-udangan dari filum
arthropoda. Artemia bersifat euryhaline atau memiliki toleransi terhadap
kisaran salinitas/kadar garam yang luas. Sifat ini yang membuat artemia mudah
untuk dikultur/dibudidayakan sebagai pakan udang. Keunggulan artemia sendiri
sebagai pakan alami antara lain: memiliki warna yang cerah sehingga menarik
perhatian pemangsa, kandungan gizi yang tinggi dan mudah dicerna.
Pada dasarnya budidaya artemia terbagi menjadi tiga tahapan, yakni
dehidrasi, desinfeksi dan penetasan. Adapun uraian kegiatan budidaya artemia
dapat dijabarkan sebagai berikut:
§
Persiapan alat dan bahan
Peralatan yang digunakan
untuk kultur Artemia antara lain:
6) Bak kultur volume 1.500 liter.
7) Tangki fiber kerucut dengan dasar
transparan (cone) bervolume 500 liter.
8) Ember plastik 20galon (volume 50
liter).
9) Seser artemia dengan mesh size 200 µ.
10)
Cyste
artemia.
Semua peralatan dan bak yang akan
digunakan untuk kultur artemia
dicuci dengan menggunakan larutan detergen, setelah itu dikeringkan. Untuk bak
kultur harus dikeringkan selama sedikitnya 24 jam sebelum dipergunakan.
Sedangkan untuk seser, setelah dicuci bersih dengan menggunakan air tawar,
direndam dalam larutan formalin 1000 ppm selama 30 menit.Setelah itu dibilas
lagi dengan menggunakan air tawar kemudian dikeringkan.
v
PACKING
Packing adalah kegiatan
pengepakan ikan yang di beri gas supaya
ikan dapat bertahan lama. Proses packing
dibagi menjadi 2 yaitu :
1.
Packing Eksport adalah pengepakan yang
di kirim untuk ke luar negeri atau ke
eksportir, kuat gas yang bertahan ± 24 -.36 jam.
Langkah – langkah packing Eksport adalah :
Ø Pemberokan
atau ikan di puasakan selama 2 hari untuk mengurangi metabolisme didalam tubuh.
Ø Persiapan
air packing seperti: oksidasi air dengan aerasi selama 2 hari.
Ø Pemberian
antibiotik pada air 1 gram / 1000 liter
air tetra (serbuk kuning).
Ø Pengepakan
ikan di sesuaikan dengan jenis dan kepadatan ikan.
Ø Memasukkan
ke sterofoum box ikan siap di eksport.
2.Packing Ritail adalah
pengepakan yang di kirim masih dalam satu kota atau pedagang eceran, kuat gas
yang bertahan 3 – 5 jam.
Langkah – langkah packing
Ritail adalah :
Ø Ikan
langsung di packing sesuai jenis dan kepadatannya dengan takaran ¾ oksigen
dan ¼ air.
Ø Ikan
siap dijual.
Catatan:
Pada
saat oksidasi air untuk keperluan eksport dilakukan pencahayaan dengan filter
air uv dan otonisasi dengan tujuan agar supaya oksigen terlarut. Konsentrasi
lebih tinggi dan kondisi air bebas hama dan parasit.
2.4 Kendala dan Solusi Prakerin
Dalam suatu kegiatan baik yang ada di
dalam (intern) maupun yang ada di luar (ekstern) maka takkan lepas dari segala
faktor. Baik penghambat maupun pendukungnya, karena bagaimanapun juga kedual
hal itu akan selalu kita temui dan hadapi. Adapun kendala yang saya alami dalam
kegiatan tersebut adalah.:
Ø
Kendala
·
Jalan
di sepanjang kolam sangat licin..
·
Agak
takut berjalan di kolam, karna tinggi kolam mencapai 2 m. dan saya takut
ketinggian.
·
Kurangnya
fasilitas alat yang tersedia, khususnya pada kolam noupli dan benur.
Ø
Solusi
·
Seharusnya
terdapat fasilitas alat untuk kegiatan
seperti: sarung tangan dan sepatu boat.
·
Seharusnya
setiap suatu kegiatan harus dimulai dengan breeping (pengarahan) terlebih
dahulu. Namun, pegawai disana akan beri tahu kita saat kerja, dan itu membuat
saya agar lebih berani bertanya dan lebih perfikiran krisis lagi.
·
Fasilitas
haruslah tersedia untuk menunjang kegiatan tersebut. Namun, saya juga menyadari
bahwa Industri yang saya tempati untuk
Prakerin ini, dalam proses peralihan kembali.
BAB
III
PENUTUP
1.1 KESIMPULAN
Pembelajaran
di dunia kerja adalah suatu proses dimana kita dilatih untuk bekerja, mengetahui lebih dalam tentang
industri khususnya industri pada program keahlian yang kita geluti yang tidak
bisa peserta ketahui disekolah. Peserta lebih banyak belajar melalui bekerja
langsung (learning by doing) pada pekerjaan sesungguhnya.Peserta lebih
mendapatkan ilmu praktek (secara langsung) dibandingkan dengan teori (tiak
secara langsung).Karna banyak ilmuan mengatakan bahwa pembelajaran teori hanya
mencangkup 30% sedangkan praktek mencangkup 70%.Dengan adanya PRAKERIN penulis
dapat merasakan bagaimana pelaksanaan praktek langsung dilingkungan dunia
kerjan yang langsung dibimbing oleh fihak Usaha Budidaya/ industri tersebut.Dan
bahkan kami dapat mengukur sejauhmana penguasaan ilmu praktek Budidaya,
ternyata belum ada apa-apanya dibandingkan dengan para pegawai dan pembimbing
PT.CENTRAL PERTIWI BAHARI.
Puji
syukur kepada Tuhan yang maha Esa, bahwa saya telah menyelesaikan Praktek Kerja
Industri, yang dituangkan kedalam Laporan Prakerin ini.Selanjutnya kami siap
untuk diuji melalui sidang/presentasi didepan kelas.
3.2 SARAN
·
Fasilitas
K3 (Kesehatan, Keselamatan dan Keamanan) seharusnya tersedia di dalam
laboratorium kolam tersebut,
·
Seharusnya
jika ingin memulai suatu kegiatan, diberikan pengarahan (breefing) terlebih
dahulu. Walaupun, pembimbing akan memberikan Materi.
·
Seharusnya
ada fasilitas peralatan yang memadai untuk melakukan suatu kegiatan (Panen)
seperti: sarung tangan, sepatu boat, dll. Agar tidak akan ada yang terluka saat
melakukan kegiatan tersebut dan agar kegiatan tersebut tidak terhambat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar