Teman itu berarti seseorang di luar diri kita yang mengenal kita dan berkenan berbicara dengan kita. Dia bisa siapa saja. Bisa orang tua kita, bisa tetangga, bisa rekan kantor atau saudara kita sendiri. Teman adalah orang yang tidak membuat kita merasa buruk juga tidak membuat kita menjadi buruk Sedangkan musuh kita adalah sebaliknya, orang yang membuat kita merasa buruk dan lebih buruk lagi dia dengan sengaja membuat kita menjadi lebih buruk.
Wah, kata-kata itu mengalir begitu saja dari bibir manakala putriku satu-satunya mempertanyakan apa arti seorang teman. Tak tahu bagaimana menerangkan dengan lebih jelas lagi definisi teman dan musuh. Ini bukan pertama kalinya aku kesulitan menerangkan definisi suatu hal pada seorang anak berusia 10 tahun.
Berusaha menjelaskan dengan bahasa yang paling sederhana yang bisa mereka mengerti. Sementara pengetahuan dan wawasanku juga terbatas. Apa yang kuterangkan lebih kepada apa yang kutahu saja dan apa yang kurasa dari pengalaman hidupku. Kusadari kadang jawaban-jawabanku tidak bisa memuaskannya namun kuyakinkan hatiku bahwa bagaimana pun setiap jawabanku ditujukan sekaligus untuk mendidiknya menjadi lebih baik.
“Jadi teteh boleh pilih-pilih teman?”
“Ya tergantung dong sayang…”
“Tergantung gimana?”
“Kalau maksud teteh itu pilih-pilih mana yang kaya mana yang miskin, pilih berteman dengan yang pinter aja atau yang cantik aja, itu tidak boleh. Kita tidak boleh membatasi diri berteman dengan siapa pun. Yang kaya, yang miskin, yang cantik, yang jelek, yang pinter, yang bodoh, itu semua bisa kita jadikan teman. Sementara jika ada yang mengajak pada hal-hal buruk maka itu berarti dia bukan teman. Kita bisa menganggapnya sebagai musuh namun tetap memperlakukan mereka dengan adil.”
"Ngga ngerti ah Mah, yang ga boleh teteh jadikan teman yang seperti apa?"
"Gini, kalau ada teman teteh yang suka ngajak teteh melakukan yang jelek, itu artinya dia bukan teman teteh. Kalau ada orang yang suka berkumpul dan mempengaruhi teteh agar membenci orang lain maka itu juga artinya dia bukan teman teteh. Orang seperti itu harus dihindari karna akan membat hati teteh jadi buruk. Mamah tidak mengizinkan teteh memiliki kebencian dalam hati pada siapa pun termasuk pada musuh teteh itu. Teteh cukup menghindari agar tak terpengaruh sifat buruknya tapi tak perlu membencinya. Sekalian nih mamah juga mau kasih tau teteh agar teteh tidak membangun sifat iri hati pada orang lain, apalagi sama saudara sendiri karena iri hati inilah yang biasanya mendorong kita menjadi miskin jiwa.”
Tanpa kusadari, pertanyaan putri sulungku justru membuka celah baru bagi pikiranku, beruntungnya aku selama ini telah memiliki banyak teman yang selalu mau berbagi, yang menunjukkan hal-hal positif, memperkaya jiwaku dengan kebaikan-kebaikan yang mereka tularkan padaku tidak saja lewat kata-kata tetapi lebih pada perilaku keseharian. Pikiranku melayang dan mereka-reka…
Teman adalah seseorang yang mau menunjukkan di mana letak kesalahanku, bukan seseorang yang membicarakanku di belakang dan membiarkanku tetap dengan kesalahan yang ku buat tanpa tahu apa yang salah.
(piechenny.multiply.com/journal/item/4/Teman_)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar